|Empat Belas|

71 9 0
                                    

Udara malam yang cukup dingin menyelimuti Kaluna sewaktu gadis itu menyaksikan banyak titik-titik kecil yang bercahaya di langit. Bintang hari ini terlalu indah untuk ia lewatkan. Dari balkon kamarnya Kaluna bisa puas menyaksikan bintang yang berkelap-kelip itu.

Awalnya ia kira di dalam novel ia tidak akan lagi bisa melihat sebuah bintang tapi ternyata tidak. Lagi pula penulis novel Krisan saja bisa membuat sebuah latar sekolah begitu indah dan megah lalu bagaimana mungkin si penulis tidak bisa membuat titik-titik indah di langit sewaktu malam?

Semakin lama udara malam semakin dingin apalagi angin terus menerus berhembus. Selimut yang membalut bahu Kaluna sudah jelas tidak dapat sepenuhnya menghalau rasa dingin yang menyelimutinya. Dari pada nanti ia menggigil lebih baik sekarang ia masuk kamar saja dan tidur.

Kaluna merebahkan tubuhnya di ranjang usai mematikan lampu kamarnya. Setelah beberapa menit akhirnya ia bisa tidur dengan lelap.

"Tidakkah ini terlalu cepat, Pangeran Drew?"

Pangeran Drew menggeleng kemudian memegang bahu putri Lusila. "Bukankah kamu sudah memerankan peran kamu begitu baik, Putri Lusila?"

"Tapi-"

"Apa kamu sudah mulai mencintai pangeran Cleon hingga kamu berat melakukan ini? Padahal hal inilah yang menjadi tujuan kita."

Putri Lusila menggeleng cepat. "Saya tidak sedikitpun menaruh rasa pada Pangeran Cleon lalu bagaimana mungkin saya bisa mencintainya."

Pangeran Drew menurunkan tangannya dari bahu Putri Lusila. Ia terkekeh, "Bagaimana pun juga kamu sudah resmi menjadi istrinya."

"Tidak-tidak, sekalipun aku istri Pangeran Cleon hati saya masih menjadi milikmu, Pangeran Drew!"

"Kalau begitu lakukan malam ini juga! Bukankah semakin cepat kamu melakukan itu akan semakin baik? Kita akan cepat bersatu!"

"Baiklah." Pangeran Drew tersenyum lalu menunduk hingga wajahnya sejajar dengan Putri Lusila. Perlahan Pangeran Drew menempelkan bibirnya pada bibir Putri Lusila.

Putri Lusila memejamkan matanya menikmati apa yang sedang Pangeran Drew lakukan padanya. Sapuan hangat dirasakannya pada bibir atas lalu berganti pada bibir bawahnya. Rasanya benar-benar memabukkan.

Pangeran Drew mengakhiri aktivitas mereka dengan kecupan di dahi Putri Lusila. Ibu jari pangeran Drew terulur mengusap bibir Putri Lusila.

"Lakukan dengan baik, Putri Lusila."

Putri Lusila membuka matanya. Ditatapnya mata Pangeran Drew lekat-lekat. Sosok di depannya inilah yang ia cintai dan ia akan melakukan apapun untuknya.

"Aku menunggu kabar baik darimu." Usai mengatakan itu Pangeran Drew meninggalkan Putri Lusila.

Setelah Pangeran Drew hilang dari pandangannya Putri Lusila segera bergegas pergi ke kerajaan. Sampai di kerajaan ia langsung menuju kamarnya dan mencari benda pemberian dari Pangeran Drew yang akan ia gunakan malam ini.

Usai menemukan benda itu Putri Lusila membuka kain hitam yang menyelimuti benda yang di berikan Pangeran Drew. Ternyata sebuah pedang yang ukurannya tidak terlalu besar juga terlalu kecil. Ya, dengan benda ini ia harap yang ia lakukan nanti akan semakin mudah.

Sequel (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang