|Dua Puluh Sembilan|

69 12 2
                                    

Sudah hampir seminggu Kaluna mendekam di rumah. Dia belum masuk sekolah karena jujur saja belum siap. Tapi mau tidak mau dua hari lagi ia harus kembali masuk sekolah karena pihak sekolah hanya memberi waktu sampai dua hari lagi. Absennya sudah banyak yang bolong.

Selama di rumah yang di lakukan Kaluna hanya makan, tidur, ngobrol bersama Mama, dan jika Karsha datang ia akan mendengarkan cerita cowok itu mengenai kuliahnya. Namun, setelah di rumah sakit waktu itu Karsha tidak lagi menceritakan mengenai Bundanya. Sesungguhnya ia ingin sekali bertanya perihal Bunda Karsha tapi ia berusaha  tahan, lagi pula ia yakin Karsha akan menceritakannya.

Perihal Mama, sekarang Mama benar-benar berubah. Mama sudah membuktikan ucapannya. Mama mendapatkan pekerjaan menjadi sales makeup. Mama juga meninggalkan kebiasaan buruknya. Sekarang Kaluna tidak pernah mendapati Mama mabuk dan keluar malam bersama laki-laki yang sudah berkeluarga.

Dan satu hal yang membuat Kaluna sangat senang. Ia dan Mama pindah kontrakan itupun berkat Karsha. Cowok itu yang menyarankan Mama untuk pindah ke kontrakan yang lebih layak dan membuat Kaluna tidak lagi terbayang-bayang waktu dia akan mengakhiri hidupnya. Bahkan Karsha juga membantu pindahan.

"Kaluna! Karsha datang nih!" Bunda yang ada di depan kontrakan sedang menjemur baju, berteriak.

Kaluna yang dari tadi berada di kamar bergelung di dalam selimutnya memutuskan untuk bangkit. Masih memakai piyama beruangnya dan rambut yang acak-acakan Kaluna datang menemui Karsha yang sudah ada di depan pintu rumahnya.

"Hai," sapa Karsha.

"Hai," balas Kaluna.

"Aku mau ajak kamu kesuatu tempat."

"Sekarang?!"

Karsha mengangguk. "Sekarang."

"Kemana emangnya?"

"Kaluna! Karshanya diajak masuk dulu masa ngobrol di tengah pintu!" sahut Mama.

Kaluna mengajak duduk Karsha di kursi ruang tamu. "Adalah. Mending kamu siap-siap aja. Atau mau pakai piama itu aja?" Karsha menaikkan satu alisnya.

"Aku siap-siap dulu aja. Nggak etis banget aku cuman pakai piama tapi kamu pakai pakaian yang rapi banget." Kaluna memindai penampilan Karsha yang memang rapi tapi juga sederhana karena Karsha hanya memakai kaos putih di padukan dengan jeans hitam.

"Tapi kamu lucu kalau pakai piama."

"Lucu apanya!" Kaluna beranjak dari duduknya untuk bersiap-siap. "Jangan protes kalau aku siap-siapnya lama!"

Karsha hanya terkekeh menanggapi ucapan Kaluna.

Butuh sekitar 20 menit untuk Kaluna bersiap-siap. Setelah Kaluna siap Karsha langsung mengajak Kaluna pergi namun sebelum itu mereka berpamitan dulu kepada Mama.

Dalam perjalanan menuju tempat yang akan dituju Karsha hanya ditemani keheningan. Karsha tidak memutar musik di mobilnya dan Kaluna sendiri memilih melihat pemandangan di luar jendela mobil. Rasanya Kaluna sudah lama sekali tidak jalan-jalan.

"Kamu merasakan kehilangan sesuatu nggak?" Karsha memecahkan keheningan diantara mereka dengan pertanyaan yang dilontarkannya.

Kaluna menoleh menghadap Karsha yang sedang fokus menyetir. "Nigra dan Ayah," jawabnya tanpa berpikir lebih dulu.

"Dari awal kamu sadar kamu selalu menyebut nama itu, Nigra. Dia siapa kamu? Pacar? Soal Ayah, Mama kamu udah cerita. Kamu pernah bertemu dengan Ayah kamu?" Karsha menoleh sebentar ke arah Kaluna sebelum akhirnya kembali lagi fokus pada jalan.

Kaluna terkekeh. "Nigra, ya? Dia bukan siapa-siapa tapi dia cukup melekat diingatanku. Mama cerita soal Ayah aku ke kamu? Bagaimana mungkin aku bisa bertemu Ayah kalau aku tidak tahu siapa Ayahku?"

Sequel (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang