|Sepuluh|

76 15 2
                                    

Lembar demi lembar novel berjudul Chemistry sudah dibaca oleh Kaluna. Beberapa bagian dari novel Chemistry masih diingatnya, ia sudah membaca bagian itu sewaktu ia masih di dunia nyata dan ia berhenti membaca novel itu sewaktu memutuskan mengakhiri hidupnya.

Di awal novel Chemistry menceritakan mengenai sosok Pangeran Cleon Ignatius dan Putri Lusila. Pangeran Cleon adalah calon yang mengantikan Raja setelah Raja turun tahta. Sedang putri Lusila sendiri adalah adik sepupu dari selir Raja. Putri Lusila sudah tidak mempunyai kedua orang tua dan ia harus tinggal bersama kakak sepupunya, yaitu selir raja.

Pada bab selanjutnya pada novel Chemistry terdapat tokoh bernama Drew Taddeus. Drew adalah anak kedua Raja yang lahir dari selir Raja yang tak lain adalah kakak sepupu Lusila. Drew dan Lusila tumbuh besar bersama. Mereka sering kali bermain bersama tak jarang Pangeran Cleon juga ikut bermain bersama mereka.

Setelah tumbuh dewasa Drew ingin sekali menjadi Raja namun kenyataannya dia tidak akan pernah menjadi Raja sebab Cleon lah yang akan menempati kursi raja setelah Raja tiada. Berbeda dengan Drew yang setelah tumbuh dewasa berambisi menjadi Raja, Lusila malah ingin sekali menjadi pendamping Drew. Tumbuh dan bersama dengan Drew membuat Lusila merasakan cinta dan sayang pada Drew.

Baru saja Kaluna akan membaca bab selanjutnya yang menceritakan bagaimana Putri Lusila mengatakan perasaannya pada Drew Jakti lebih dulu menutup novel Chemistry yang ia baca. "Aku belum selesai baca," protes Kaluna.

"Kamu tidak akan selesai membaca novel ini dalam satu hari dan lihatlah di luar sudah gelap. Kita harus pulang!" Jakti mengambil novel Krisan yang terletak di meja dan berusaha merebut novel Chemistry yang masih dibawa oleh Kaluna.

Kaluna menggelengkan kepalanya sembari memegang novel Chemistry yang dibawanya dengan erat agar Jakti tidak bisa merebutnya. "Tapi aku belum mendapatkan jawabannya, Jakti!"

"Masih ada hari esok, Sajana." Jakti menghela napas sabar.

"Sungguh, Jakti aku sudah sangat penasaran. Aku ingin tahu sumber rasa sakit yang sering kali aku rasakan. Dan apa kamu tahu setiap rasa sakit itu datang rasanya sangatlah menyakitkan dan sangat menyesakkan, selain itu ada perasaan bersalah yang merayapi hatiku!"

"Aku tahu." Jakti mengambil novel Chemistry dari tangan Kaluna sewaktu pegangan Kaluna pada novel itu melemah. Jakti mendekat ke kursi tempat Kaluna duduk lalu ia duduk berjongkok di depan Kaluna.

Jakti mendongak menatap mata Kaluna yang mulai meredup. Di bantu lampu belajar Jakti dapat melihat jelas mata Kaluna. Jakti meraih tangan Kaluna yang berada di pangkuan cewek itu lalu menggenggamnya. "Kamu bisa datang padaku sewaktu rasa sakit itu menghampiri kamu. Aku akan menemani kamu menghadapi rasa sakit itu," ucap Jakti.

"Bagaimana aku bisa datang padamu jika sumber rasa sakit yang aku rasakan itu kamu? Setiap kamu datang dan mengatakan sebuah kata-kata yang tidak aku mengerti maka rasa sakit itu tiba-tiba datang."

"Bukan aku sumber rasa sakitmu, Sajana," bantah Jakti.

"Kalau bukan kamu siapa?"

"Diri kamu sendiri dan Nigra."

Kaluna terkekeh tidak percaya. Bagaimana mungkin orang yang mencintainya akan melukainya? Dan bagaimana pula dia akan melukai Nigra? Ia sangat mencintai Nigra.

"Kamu akan mempercayai ucapanku tadi setelah kamu membaca seluruh isi novel Chemistry dan beberapa bab di novel Krisan," lanjut Jakti.

"Maka biarkanlah aku membacanya lagi!"

Jakti bangkit lalu menepuk puncak kepala Kaluna. "Besok kamu bisa melanjutkannya."

Kaluna mendongak sembari menyingkirkan tangan Jakti yang masih berada di atas puncak kepalanya. "Aku ingin membacanya sekarang!"

Sequel (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang