Angin berhembus menerbangkan rambut Kaluna. Beberapa kali Kaluna menyelipkan rambutnya di belakang telinganya agar tidak menutupi pandangannya tetapi itu sia-sia sebab tak seberapa lama kemudian angin kembali menerbangkan rambutnya. Tapi wajar saja rambutnya terus menerus di hempaskan oleh angin karena sekarang ia sedang berada di rooftop sekolah, ia berada di rooftop sekolah untuk menemui Jakti, cowok itu yang meminta untuk bertemu di rooftop sekolah.
Sepertinya rooftop akan terus menjadi tempat pertemuannya dengan Jakti.
Kaluna melongokkan kepalanya untuk melihat halaman sekolah. Di halaman sekolah masih cukup ramai dan banyak sekali siswa maupun siswi yang masih asik berlalu lalang. Namun, yang menjadi objek penglihatannya dari banyaknya murid yang masih berlalu lalang adalah Nigra dan kedua orangtuanya.
Nigra tadi sudah mengatakan padanya kalau tidak bisa pulang bersama karena orang tuanya akan menjemputnya. Tadinya Nigra mengajak untuk ikut bersamanya dan kedua orang tuanya tapi Kaluna menolaknya, Kaluna tidak ingin menganggu Nigra yang akan menghabiskan waktu bersama kedua orangtuanya.
Sungguh, ia sangat iri dengan Nigra. Keluarga Nigra sangat hangat dan selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul. Sedangkan dirinya? Rasanya Kaluna ingin tertawa, menertawakan hidupnya yang malang. Ia punya Mama, dan hanya Mamalah yang ia punya tapi nyatanya Mama tidak pernah ada untuknya.
Ia ingin menyalahkan Mamanya atas kelamnya hidup yang ia alami tapi itu tidak akan merubah apapun toh sekarang pasti ia sudah tiada. Ia sudah mengakhiri semuanya bukan?
Dan inilah sekarang kehidupannya. Kehidupan yang tidak jelas. Masuk dalam novel dan menjadi salah tokoh yang beruntung, yang memiliki seorang Ayah yang penuh kasih sayang, memiliki kekasih yang penuh cinta, dan kehidupan yang jauh dari caci maki orang-orang.
Sajana memberikan kehidupan baru untuknya meski tidak jelas juntrungannya. Tapi, tak apa setidaknya ini lebih baik.
"Waktu kita lihat orang lain bahagia itu ada dua kemungkinan, satu ikut merasa bahagia, dan dua malah ngerasa iri dan banding-bandingin hidup kita sama orang yang sedang bahagia itu. Kamu yang mana?"
Tanpa menolehkan pandangannya ke arah Jakti yang baru datang Kaluna menjawab pertanyaan Jakti, "Dua-duanya."
"Padahal kamu nggak perlu merasakan yang kedua," balas Jakti.
"Kenapa? Membandingkan-bandingkan kehidupan kita sama orang lain itu udah menjadi hal lumrah. Semua orang itu pasti pernah membandingkan hidupnya dengan orang lain, Jakti."
"Ya, karena porsi bahagia orang itu beda -beda dan juga udah di tentukan sama yang Kuasa. Aku nggak bakal ngelak kalau semua orang pernah membandingkan hidupnya dengan orang lain, tapi Sajana semakin kita sering membandingkan hidup kita dengan orang lain maka kita juga nggak akan puas sama kehidupan kita sendiri. Dan ujung-ujungnya kita malah menyakiti diri sendiri karena bakal terus mengejar-ngejar sesuatu yang nggak seharusnya kita kejar cuman gara-gara kita pingin hidup kayak orang lain."
Setelah mobil Nigra meninggalkan halaman sekolah barulah Kaluna menoleh untuk melihat Jakti. Jakti hanya memakai celana seragamnya dan kaos putih sebab kemeja seragamnya tadi tidak sengaja ia tumpahi cat sewaktu di ruang seni tadi. Ia jadi kembali merasa tidak enak kepada Jakti, Jakti tadi di hukum guru gara-gara tidak memakai kemeja seragamnya bahkan Jakti harus menerima sorakan dari anak-anak kelas.
"Menurut kamu apa ada seorang yang diciptakan tanpa rasa bahagia?" tanya Kaluna.
Jakti menggeleng. "Nggak ada, karena yang Kuasa itu adil, Sajana. Sebenarnya bahagia atau tidak itu juga tergantung diri kita sendiri."
"Lalu apa kamu sudah bahagia?"
"Bahagia. Tapi nggak tahu nanti, dan nanti itu urusan nanti nggak usah dipikirin sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel (Selesai) ✓
Viễn tưởng"Cintailah orang sewajarnya. Jangan sampai cinta mengendalikan diri kamu sepenuhnya. Kamu harus bisa memberikan ruang tersendiri antara perasaan dan logika ketika sedang jatuh cinta." Start: 16 Januari 2022 Finish: 09 Agustus 2022 *** Credit cover b...