|Tujuh|

96 17 2
                                    

Waktu membuka matanya Kaluna merasa ada yang aneh dengan dirinya. Bukan soal dirinya yang masih ada dalam dunia karangan manusia ataupun dia yang tiba-tiba menjadi anak orang kaya yang di jodohkan dengan sang pujaan hatinya.

Kaluna mengingat-ingat apa yang terjadi dengan dirinya. Di mulai dari dirinya yang tidak bisa tidur kemudian kedatangan Jakti yang tiba-tiba di tengah malam lalu Jakti yang mengajaknya berjalan-jalan tanpa tujuan sampai akhirnya Jakti mengatakan sesuatu dan dia tidak ingat apa-apa lagi.

"Jakti dia cowok aneh! Bukan aneh tapi misterius!" Kaluna menganggukkan kepalanya.

"Tapi sepertinya Jakti tahu semuanya. Bahkan cowok itu tahu kalau dirinya ada dalam novel berjudul Krisan dan memberitahuku!" Kaluna menjentikkan puas dengan pendapatnya. Namun, beberapa saat Kaluna menggeleng. "Terus bagaimana cowok itu tahu kalau dia tokoh dalam cerita?"

Kaluna mendesah lalu menyugar rambutnya kebelakang. "Ini terlalu rumit! Yang menyenangkan cuman pacaran sama Nigra doang!"

"Sajana bucin banget," pikir Kaluna.

Kaluna mendongak menatap langit-langit kamarnya. Dalam pikirannya terus berkecamuk. Kalau sekarang dia sedang memerankan sosok Sajana lalu sosok Sajana yang sebenarnya ada di mana?

Apa sosok Sajana adalah dirinya sendiri?

🌼🌼🌼

Di sepanjang lorong menuju kelas tangan Kaluna tidak pernah lepas dari genggaman tangan Nigra. Seperti hari-hari biasanya Nigra akan selalu ada di samping Kaluna.

Nigra tidak terlalu banyak bicara hari ini tapi sikap cowok itu masih sama, begitu manis. Bahkan waktu menjemputnya tadi Nigra masih sempat-sempatnya mencium keningnya. Nigra tetaplah Nigra sesosok penuh cinta.

Sampai di depan kelasnya Kaluna mendapati Jakti yang bersandar di kusen pintu sembari bersedekap. Alis cowok itu terangkat satu saat melihat gengaman tangannya dengan Nigra lalu senyum miring terbit di bibir Jakti.

"Nig," panggil Kaluna.

Nigra menoleh. "Hm?"

"Aku mau bicara sama Jakti dulu. Kamu masuk saja duluan!" Nigra mengangguk lalu masuk ke dalam kelas melewati Jakti. Kaluna melihat Nigra yang sudah pergi, ia berharap Nigra tidak cemburu.

"Mau bicara apa?" tanya Jakti.

"Jangan di sini!" Kaluna menarik Jakti lalu membawa cowok itu ke tangga menuju laboratorium biologi yang sepi. "Aku tidak ingat apa-apa," ucapnya.

"Oh kamu amnesia." Jakti menganggukkan kepala.

Kaluna berdecak lalu memukul bahu Jakti dan berhasil membuat Jakti mengaduh dengan lebay. "Aku serius! Bahkan aku tidak ingat perkataan terakhir kamu kemarin malam!"

Jakti tersenyum miring. "Kamu mengingatnya, Sajana. Bahkan sangat jelas."

"Sungguh-"

"Apa aku perlu mengulangi apa yang aku katakan tadi malam? Tapi aku tidak ingin kamu kembali merasakan rasa sakit itu. Aku yakin kamu mengingatnya sekarang, bahkan sangat jelas."

"Tap-"

"Jika otak kamu tidak bisa mengingatnya. "Jakti mengetuk kepala Kaluna dengan jari telunjuknya. "Masih ada hati kamu yang bisa merasakannya."

Sequel (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang