|Tujuh Belas|

66 12 0
                                    

Sinar-sinar cahaya matahari mulai menyelusup dari jendela kamar Kaluna. Namun, cahaya matahari itu tidak sedikitpun mengusik Kaluna yang sedang bergelung dalam selimut.

Kaluna tidak tidur. Ya, bagaimana mungkin ia bisa tidur setelah Jakti si cowok misterius itu mengutarakan semua praduganya dan membuatnya terusik.

Hatinya sangat sakit setelah Jakti tadi malam mengutarakan kata-kata yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Seandainya apa yang dikatakan Jakti benar maka ia merasa bahwa ia adalah benar-benar sosok antagonis di cerita Krisan. Dan Jakti dulu juga pernah mengatakan bahwa ia adalah seorang yang jahat.

Ya, ia akui dulu awal-awal ia memasuki cerita Krisan ia menginginkan untuk menjadi tokoh antagonis bukan tokoh seperti Sajana yang kecentilan. Tapi sekarang ia ingin menarik kata-katanya dulu.

Seperti kata Jakti bahwa novel Krisan adalah penebusan di mana nanti dirinya akan tersakiti. Kalau hanya dirinya saja yang tersakiti Kaluna tidak keberatan sama sekali asal Nigra jangan. Di novel Chemistry Pangeran Cleon atau Nigra sudah cukup tersakiti.

Tapi bisa saja ia menyakiti Nigra. Bukankah ia sosok yang jahat? Bisa saja sebelum ia tersakiti ia menyakiti seseorang lebih dulu.

Sungguh, memikirkan ini semua membuat kepalanya ingin pecah dan membuat dadanya sesak.

Tok tok

"Sajana, kamu tidak sekolah, nak?" suara Ayah terdengar dari balik pintu.

Kaluna mengerang sebelum akhirnya menjawab, "Hari ini Jana tidak masuk nggak pa-pa kan, Yah?"

"Kamu kenapa? Sakit?"

Kaluna tidak beranjak sedikitpun dari ranjangnya. Sesungguhnya ia ingin membukakan pintu untuk Ayah tapi ia juga tak ingin Ayah mengetahui kondisinya yang awut-awutan sekarang. Hidung beler dan merah, kantong mata menghitam, dan mata yang berair. Ia demam.

"Emm sedikit," jawabnya.

"Bukain pintunya, Sajana, Ayah mau masuk lihat kondisi kamu."

"Sajana cuman butuh tidur, Yah, setelah itu pasti pulih lagi. Ayah jangan khawatir."

"Baiklah. Kalau ada apa-apa langsung kabari Ayah, ya! Sekarang Ayah berangkat kerja dulu."

"Iya, Yah, hati-hati."

Setelah terdengar derap kaki Ayah yang menjauh suasana kembali hening. Kaluna menatap langit-langit kamarnya dan kembali memikirkan nasibnya. Ia kira setelah ia memerankan tokoh Sajana tidak akan tersiksa nyatanya tidak.

Di novel Krisan ini ia menerima cinta yang belum pernah ia rasa tapi nyatanya ia juga harus menerima rasa sakitnya.

Bahkan di novel Krisan ini bisa saja ia melukai sosok yang sudah memberikannya cinta.

Ting

Kaluna mengambil ponselnya yang ada di nakas lalu mengecek siapa yang sudah mengiriminya pesan.

Nigra: Kata Ayah kamu sakit?

Kaluna hanya membaca pesan dari Nigra tanpa berniat membalasnya. Ia bingung.

Sewaktu Kaluna akan kembali meletakkan ponselnya benda itu kembali berdenting.

Jakti: Jangan terlalu dipikirkan kata-kataku kemarin.

Jakti: Dan jangan menduga-duga secara berlebihan hingga menyakiti kamu sendiri.

Jakti: Contohnya seperti menduga-duga bagaimana kamu nanti akan di sakiti.

Sequel (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang