01. Sebuah Rahasia

15.4K 693 76
                                    

Jangan bosen dulu ya di part awalan, masih pengenalan- belum ke inti masalah. Enjoy!
.

.

.

.

.

.

.

.

"Dia Airin, ibu baru kamu. Dan juga adik kamu, Awan."

Dulu, di bawah pekatnya malam Biru masih sangat ingat bagaimana sang ayah mengenalkannya kepada dua orang asing yang tiba-tiba masuk menjadi bagian dalam hidupnya.

"Ibu aku cuma satu. Mama Vita, satu-satunya Mama Biru. Enggak ada yang lain," balasnya

Biru tahu, kejadian dua tahun lalu- dimana ia masih menjadi murid akhir tahun di bangku SMP, kedua orang itu masuk begitu saja. Dan berhasil meluluh lantahkan kebahagiaannya. Biru tidak suka Papanya menikah lagi ketika Mamanya saja baru satu tahun meninggal. Dan Biru paling tidak suka menerima hadirnya sosok Ibu baru.

"Ru! Dipanggil Pak Bambang noh," teriak Rangga yang berjalan ke arah lapangan basket.

"Baru aja main. Ada apa?"

"Ya mana gue tahu Nyet!"

Biru mengangguk. Lantas meninggalkan lapangan basket bersama Rangga yang menggantikannya mengisi ruang kosong di sana.

Biru itu, seperti idaman kaum hawa di Sekolahnya. Apalagi jabatan Biru sebagai ketua OSIS membuatnya semakin populer saja. Mereka tidak terlalu peduli dengan sikap dingin Biru. Ya, memang seperti itu. Biru adalah Biru dengan sejuta tembok tinggi yang tidak membiarkan siapapun bisa mengenalnya lebih dekat. Tepatnya, sejak mereka datang. Juga sejak kepergian Mama yang mengubah sikapnya.

"Iya Pak, ada apa?"

Pak Bambang menunjuk kursi di depannya degan dagu. Berniat menyuruh Biru duduk.

"Minggu depan ada acara kemah bukan?"

Biru mengangguk. Memang benar, minggu depan anggota Osis mengadakan acara kemah. "Nah, tadi saya mendapat laporan kalau pembina pramuka juga mau mengadakan kemah minggu depan. Niatnya mereka mau sekalian berkemah sama anak-anak OSIS. Jadi, Bapak cuma bisa mengiyakan. Toh, apa salahnya kalian kesana sama-sama. Makin ramai juga makin seru. Jadi Bapak pikir kamu akan setuju, bagaimana Biru?"

Dahi Biru terlipat dalam. Kernyitan tidak suka sangat jelas tercetak diwajahnya. Bagaimana keputusan itu dengan tiba-tiba diambil begitu saja? Tanpa pikir panjang Biru tahu siapa dalang dibalik ini semua.

"Nggak bisa gitu dong Pak. Ini kan acaranya anggota Osis, kenapa anggota pramuka seenaknya mau gabung?!"

"Bapak juga sempat berpikir seperti itu. Tapi kata Pak Zakri, memang lebih baik kalian berkemah sama-sama. Hitung-hitung menambah tali silatutahmi, katanya dua anggota organisasi ini kurang baik ya, Ru? Makanya Bapak setuju buat kalian berkemah bareng."

Penjelasan panjang lebar Pak Bambang membungkam telak mulut Biru yang ingin protes. Namun, apa yang keluar dari mulut Pak Bambang memang benar adanya. Kedua Organisasi itu tidak terlihat baik-baik saja. Mungkin, karena kedua ketua Organisasi itu mempunyai masalah pribadi? Atau mungkin masalah lainnya. Entahlah. Tapi, Biru akui dia memang sangat membenci Organisasi pramuka sejak dipimpin oleh Awan.

"Bagaimana Biru, kamu setujukan?"

Biru terhenyak. Mendongak menatap Pak Bambang yang memandangnya harap-harap cemas. "Baik Pak. Kalau Bapak sudah menyetujuinya, saya bisa apa," balas Biru lirih di akhir. Setengah jengkel sih, mendengar Pak Bambang yang main setuju ajakan Pak Zakri selaku pembina pramuka.

Awan sang Biru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang