04. Jadi, Bunda Bohong?!

3.8K 416 19
                                    

Sejak dulu, Awan selalu bertanya di mana keberadaan sang Ayah. Dan berulang kali jawaban Bunda tetap sama. Sampai Awan beranjak besar, ia tidak pernah lagi menanyakan perihal Ayahnya. Karena Awan sudah paham arti dari kepergian seseorang yang telah dipangkuan illahi. Ya, kata Bunda Ayahnya meninggal karena kecelakaan pesawat. Dan sampai saat ini, jasad para penumpang tidak ditemukan. Itu, kata Bunda. Tapi setelah perkelahiannya bersama Odra tadi sore, peetanyaan-pertanyaan itu kembali muncul.

"Emang lo itu bego Awan! Masa percaya gitu aja kalau bokap lo mati. Cuma bocil yang mau dibohongi kayak gitu, cih!"

Suara Odra terus terngiang. Mengoloknya tentang keberadaan Ayah yang sesungguhnya. Dimana Ayah selama ini? Apa benar Ayah meninggal karena kecelakaan pesawat yang jatuh di tengah-tengah lautan seperti dikatakan Bunda? Apa itu semua benar?

"Kalau emang bokap lo jatuh dari pesawat, emang lo tahu pesawat apa yang bokap lo naiki? Tahun berapa kejadiannya, terus mau kemana, emang lo tahu? Nyokab lo kasih tahu itu semua nggak?"

"Gue yakin sih, lo nggak tahu kan?!"

Memang benar, Awan tidak pernah bertanya tentang itu lagi semenjak Bunda melarangnya bertanya terus menerus. Dan semenjak itu, Awan menangkap jika Bunda merasa sedih jika membahas kematian Ayah. Maka dari itu, Awan tidak pernah lagi membahas itu semua.

"Awan..."

Airin tersenyum manis, memasuki kamar Awan dengan segelas susu ditangan. Tidak lengkap bagi Awan sebelum tidur malam tanpa segelas susu coklat.

"Ngelamunin apa?" tanya Airin seraya mengusap lembut rambut anaknya.

"Bunda."

"Iya?"

Ada perasaan tak nyaman ketika Awan menatap Airin kosong. Yang kemudian sang anak membawanya duduk dipinggir ranjang. Dan detik itu, Airin tahu. Ada yang tidak beres dengan anak itu.

"Ada apa Awan? Ada masalah di Sekolah?"

Awan menggeleng.

Malam ini, dia tidak akan bisa tidur sebelum semua pertanyaan yang terus menghantuinya terjawab. "Aku boleh tanya?"

"Ya ampun kamu ini kayak sama siapa, masa mau tanya harus bilang dulu," balas Airin yang terkekeh kemudian. Lantas mengambil alih tubuh Awan yang langsung ia dekap dari samping.

"Iya, mau tanya apa sayang?"

Ada hening yang cukup panjang sebelum Awan benar-benar yakin. Lantas, pertanyaan spontan yang Awan beri benar-benar berefek besar bagi Airin.

"Dulu, waktu Ayah kecelakaan pesawat emang mau kemana? Terus nama pesawatnya apa?"

Tenggorokan Airin terasa kering seketika, bahkan hanya sekadar bernapas saja terasa sulit. Tidak pernah terpikir bahwa Awan akan membahas topik ini lagi. Dan, dengan pertanyaan yang tidak pernah Awan tanyakan.

Awan mendongak, mencari tahu bagaimana reaksi wajah Bunda. Dan ya, Awan bisa menangkap wajah tegang Airin. "Bunda."

"Ah- emm, tumben kamu tanya itu. Kenapa? Ada yang Awan sembunyiin dari Bunda?"

"Bukan aku, tapi Bunda yang sembunyiin sesuatu dari Awan kan?"

Tidak bisa dibohongi, Awan jelas bisa melihat bagaimana raut wajah Airin yang terlihat gelisah. Tanpa tahu detak di dalam dada Airin sudah tak beritme lagi. Namun tidak berhenti sampai disitu, Awan kembali mengulang pertanyaan yang semakin gentar mendapat jawaban.

"Ayah mau kemana waktu itu, Bunda? Naik pesawat apa?"

Airin diam. Menatap kedua manik mata Awan yang seakan mengintimidasinya. Hingga kalimat balasan yang sudah ia siapkan itu meluncur dari mulutnya. Dan benar saja, Airin tahu pertanyaan itu cepat atau lambat akan menjadi sebuah pertanyaan yang dilontarkan untuknya.

Awan sang Biru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang