Bimbang

21 19 5
                                    

Jam berapa nih kalian baca cerita ini?

Kalian tim kapal mana?

Vote ceritanya sampai akhir ya, 🤍

Vote ceritanya sampai akhir ya, 🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Haksa?"

Laki laki yang mengenakan kaos hitam dengan luaran kemeja flanel berdiri di samping mobil, menunggu sang perempuan yang masih terpaku di gerbang sekolah.

"Sampai kapan mau berdiri disana?" Haksa menarik perempuan yang masih mengenakan baju sekolah sma nya.

"Tapi-" seakan dapat membaca pikiran perempuan di depannya itu, Haksa menjawab pertanyaan yang berada di benak perempuan itu.

"Gue bahkan mampir kerumah buat minta izin ke orang tua lo, Key." kata laki laki itu sembari tersenyum penuh. Sedangkan sang perempuan termenung dengan pikirannya.

"Mau jalan bareng?" tapi Keyla tak kunjung menjawab, masih mencerna kejadian barusan.

Bingung pikirnya saat itu.

"Kalau lo nggak jawab, gue anggap lo iyain ajakan gue." laki laki berkemeja flanel itu membukakan pintu mobil dan membatu untuk memasangkan selt belt.

Sungguh Haksa adalah laki laki idaman kaum perempuan, meski Keyla baru mengenalnya beberapa kali tetapi dapat dirasakan lelaki itu sangat menghormati perempuan. Tapi tentu saja dengan kebingungan yang luar biasa.

Haksa mengajak perempuan itu ke sebuah Danau, di pinggiran nya terdapat sebuah cafe. Danau itu dibatasi pagar kaca, di danau tersebut dapat memberi makan ikan Koi. Saat itu tidak terlalu ramai karena masih jam kerja.

"Kak Haksa beneran kerumah? Sendirian?" Tanya Keyla penasaran begitu mereka sampai disana.

Haksa terkekeh dan menatap perempuan di samping nya dengan tersenyum. "Nggak lah, gue sama Faris tadi. Tapi sekalian kenalan juga."

Lalu Haksa menggenggam tangan mungil Keyla membawanya ke sebuah bangku.

"Lo bisa main sepatu roda?"

"Kayaknya bisa."

"Kalo gitu tunggu bentar, nggak lama."

Haksa berlari ke dalam mobil membawa dua sepatu roda bewarna pink dan biru muda. Lelaki itu lalu menaruhnya di hadapan Keyla.

"Kita mau main sepatu roda?"

"Iya, mau nggak?" Tanpa banyak berpikir Keyla mengangguk dengan senyum cerah. Sudah lama baginya tak bermain sepatu roda.

Setelah semua terpasang dengan rapi, Keyla mencoba untuk berdiri secara perlahan tetapi roda di sepatunya membuat ia tergelincir untungnya Haksa dengan sigap memegang tangan Keyla.

KEYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang