Bandung

2 1 0
                                    

Happy reading all

Sejuk nya kota Bandung di pagi hari menorehkan ukiran bulan sabit di wajah Keyla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejuk nya kota Bandung di pagi hari menorehkan ukiran bulan sabit di wajah Keyla. Karena setelah 4 jam lamanya di mobil akhirnya ia bisa beristirahat.

Di hari libur seperti ini, jalanan akan lebih macet dan padat di bandingkan hari hari biasa. Banyak orang akan berbondong bondong untuk berlibur dan menikmati suasana kota Bandung yang sejuk.

"Kenapa kita nggak pindah kesini aja sih bun?" Pertanyaan itu selalu ia lontarkan kepada Bunda dan dengan sabar perempuan dengan sedikit kerutan di dahi itu tersenyum dan membalas sembari membawa koper di tangan kanan nya.

"Kalo kamu mau pindah, pindah aja kesini tinggal sama Nini sama Aki. Bunda, Ayah, sama kak Alvaro tetep tinggal di Jakarta."

"Iya nih, kamu pindah aja. Jadi kakak berasa anak tunggal di rumah nanti." Tawa Alvaro meledak sedangkan Keyla mencebik dan mengerucutkan bibirnya tak suka.

"Kan ayah kerja nya di Jakarta dek, kalo ayah disuruh pindah kerja ke Bandung pasti kita tinggal disini." Sang kepala keluarga mengelus kepala putrinya lembut dan mengajaknya masuk.

"Alvaro koper nya udah dituruni semua kan?"

"Udah, Bun."

Selesai berbenah Keyla langsung pergi mandi, badan nya sungguh terasa lengket dan gatal gatal. Selesai itu ia berbaring di kasur, niat nya sesudah mandi tadi ingin tidur namun tidak jadi begitu memejamkan mata. Mata nya sulit tertutup, ia lalu beranjak dari kasur dan pergi keruang tv.

Sepi, tidak ada satu orang pun disana. Sedangkan terdengar suara ricuh dari halaman depan rumah.

"Aduh Alvaro, badan doang gede kamu tuh, masa ngangkat karung nggak bisa." Ucap Ayah mengejek anak sulung nya sedangkan ia berdiri gagah dengan karung putih di pundak kanan nya.

"Iya jelas karung nya jatoh lah kalo ayah senggol." Serga Alvaro tak terima dan kembali mengangkat karung beras di pundak kanan nya.

"Itu kenapa sih, Bun?"

"Biasalah anak laki, saling tunjuk otot." Bunda dan Keyla mengamati keduanya dari teras rumah.

Dari balik pagar, Nini berkacak pinggang dan menurunkan kantong belanjaan nya. Keyla segera mengambilnya dan membawanya masuk.

"Anjeun teu kungsi hayang leungit ( kamu ini dari dulu nggak mau kalah )" Nini geleng geleng kepala dengan anak pertamanya itu.

Bunda tertawa mendengar itu dan menyusul anak perempuan nya ke dapur dengan menggandeng tangan mertuanya.

"Kalian nggak istirahat aja?" Nini berbahasa yang akhirnya Keyla bisa mengerti, jujur walaupun Keyla sering kali pulang kehalaman rumah Ayah nya ia tidak pernah mengerti bahasa Bandung.

"Nggak buk, tadi udah pada tidur di mobil."

"Cucu Nini nggak capek?" Perempuan dengan kebaya biru muda itu memegang pundak cucu perempuan nya.

KEYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang