TigaL — Chapter 1
Dua Pangeran—Happy Reading—
Jakarta, 3 Mei 2017.
Gesekan antara roda brankar dengan lantai itu menggema di lorong rumah sakit yang tampak ramai. Terlihat sebuah brankar yang membawa seorang wanita yang tengah kesakitan dengan didampingi seorang lelaki yang mencoba menenangkannya.
"Tahan sebentar sayang, kamu pasti bisa!!" Ucap pria itu memberi semangat pada sang istri.
"Sa-kit Mas..." Rintih wanita itu sambil menggenggam kuat tangan suaminya.
"Sabar ya sayang, kamu pasti bisa. Demi aku, demi twins prince, dan demi kita." Ucapnya lagi sembari mengelap keringat yang bercucuran didahi sang istri.
"Maaf Pak, silahkan anda tunggu disini." Ucap seorang suster saat brankar mulai memasuki ruang persalinan.
"Bai-" Dengan rasa berat hati ia melepas sang istri yang mulai memasuki ruang persalinan. Kegiatannya terhenti kala tangannya dicekal oleh wanita itu.
Ia menggeleng dalam kesakitannya. "Mas masuk, eungh... Mas masuk," pintanya dengan nada bergetar karena menahan tangis dan sakit secara bersamaan.
Pria itu menatap dokter perempuan dengan wajah penuh harap. Ia bisa tersenyum lega saat dokter itu mengangguk tanda memperbolehkannya masuk untuk menemani sang istri. Dengan segera ia membantu mendorong brankar itu masuk kedalam.
•••
Lima tahun berlalu setelah kehadiran dua malaikat kecil itu kedalam keluarga Vetera. Kehidupan mereka semakin lama semakin harmonis saja. Sang kepala keluarga berhasil membangun keluarga yang ia impikan, begitu pula sang istri.
Lean Zeandro Vetera, mempunyai kulit putih dengan mata tajamnya. Rambut kecoklatan ditambah hidung mancung yang menjadi ciri khas dari wajahnya. Deskripsi yang tepat adalah, Lean mirip dengan sang ayah.
Beralih kepada Liano Zeandra Vetera yang memiliki mata tajam dengan bola mata yang khas. Kulitnya putih pucat dengan bibir merah muda alami. Rambut berwarna kecoklatan ditambah postur tubuh yang lebih pendek daripada kedua kakaknya. Jika dideskripsikan, Lian lebih mirip dengan Yina, sang mama.
Lean dan Lian itu kembar, namun banyak sekali perbedaannya. Mulai dari postur, bentuk wajah, dan watak yang sangat bertolak belakang diantara mereka. Lean dengan sifat jahilnya, dan Lian dengan sifat cengengnya. Dan itu bisa dilihat sekarang.
"Lean!! Jangan ambil sepatu aku!!" Teriak seorang anak laki-laki sambil berusaha mengejar anak yang membawa kabur sepatu birunya.
"Wlee... Lian ndak bisa kejal Lean." Ejek anak itu sambil memainkan sepatu adiknya yang berada ditangan kecilnya.
"Jangan digituin!! Nanti lusak!!" Pekik Lian tak terima, pasalnya sepatu itu baru saja dibelikan sang papa yang baru pulang dari Jepang.
"Bialin wlee..." Ejek Lean lagi sambil mengambil ancang-ancang untuk berlari lagi.
Hap!!
"Hayo... Ini Lian atau Lean nih?" Tanya Zelo walau tau jika anak yang sedang ia gendong adalah Lean, anak keduanya.
"Ini Lean, Papa." Jawab Lean sambil berusaha menyembunyikan sepatu milik adiknya diperut Zelo.
"Lean jangan!! Kembaliin itu punya Lian. Papa... cepatu Lian." Adu Lian sambil menariki jas yang dipakai Zelo.
Zelo tersenyum kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan Lian. "Kembalikan sayang, kasihan Lian udah mau nangis itu." Ucap Zelo yang membuat Lean mengerucut bibirnya lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TigaL || Selesai
Teen FictionDiary of Lian ➞ TigaL ••• Jika orang berkata, rumah adalah tempat kita berpulang, teman adalah sosok yang paling mengerti kita, dan keluarga adalah orang-orang yang paling tulus di hidup kita. Tapi, kenapa bagi Lian itu semua terlalu mustahil untuk...