|Chapter 4| Hari Buruk

3.8K 344 3
                                    

TigaL — Hari Buruk
Hari Buruk

—Happy Reading—

Lian menyusuri jalanan kota dengan pelan. Moodnya yang sedang tidak baik ditambah tubuhnya yang lemas bukan main saat ini. Hari pertama sekolahnya tak jauh berbeda dari hari pertama masuk sekolah sebelumnya, sangat buruk dan tidak menyenangkan. Kadang dia berfikir, apa di kehidupan sebelumnya ia pernah membuly seseorang dan orang itu menyumpahinya agar setiap hari pertamanya masuk sekolah tak berjalan dengan baik? Oh Tuhan, maafkan kesalahan Lian dimasa lalu.

Terlalu fokus dengan pikirannya sendiri, Lian tak menyadari jika ia hampir saja menyebrang jalan tanpa melihat sudah aman atau belum. Sebuah cekalan ditangannya membuyarkan lamunannya.

"Eh!!" Kagetnya yang refleks berjalan mundur karena tarikan cukup kuat dari belakang.

"Kalau bosen hidup nggak usah bawa-bawa orang lain, nyusahin." Datar, dingin dan rendah, nada bicara yang tak pernah sekalipun Lian harapkan. Namun ia juga senang, walau dengan kata dan nada seperti itu, secara tidak langsung orang itu berbicara dengannya.

"M-maaf Lean." Gugupnya sambil menunduk takut.

Lean melepas cekalannya dari tangan Lian kemudian kembali mendudukkan dirinya dikursi halte. Sedangkan Lian hanya diam ditempat sambil menunduk.

Lean yang memainkan ponselnya sekilas melirik adiknya, "duduk aja." Ucapnya masih tetap dengan nada datar.

"Lian disini aja." Tolak Lian walau sebenarnya dia sangat ingin duduk disampingnya Kakaknya.

Tin tin

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti didepan Lian. Tak berselang lama, kaca mobil itu turun dan menampakkan Zelo disana.

"Ayo Lean!!" Ucapnya tanpa melirik kearah Lian yang menatapnya dengan tatapan berbinar.

Lean mengangguk sekilas kemudian mengambil tasnya. Lean melewati Lian yang wajahnya terlihat sangat berharap jika ia akan ditumpangi pulang oleh Zelo. Namun harapannya pupus seketika setelah Lean masuk, mobil itu hanya melewatinya saja.

"Harusnya aku nggak berharap lebih." Lirih Lian sambil berjalan pelan menghampiri bangku yang ditempati Lean tadi.

Sudah hampir satu jam Lian menunggu bus datang, namun mobil panjang itu belum juga menampakkan wujudnya. Lian bahkan sudah mengantuk karena cuaca hari ini cukup dingin, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

"Adek lagi nunggu bus ya?" Tanya seorang laki-laki dengan baju khas orang kantoran.

"Iya Om, tapi kok bus nya belum datang-datang ya?" Balas Lian dengan sedikit rasa kesal karena menunggu bus yang ditunggunya tidak datang-datang juga.

"Ini sudah jam empat, biasanya bus terakhir berangkat jam dua siang tadi. Kamu sekarang pesan taksi saja, ini sudah mau hujan soalnya."

"Berarti Lian dari tadi nunggu angin dong"
Gerutu Lian dalam hati.

"I-iya Om, makasih infonya." Ucap Lian kepada pria itu.

"Saya duluan ya?" Pamit pria itu kemudian melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.

"Huh... Udah badan kayak jeli, harus pulang jalan kaki pula. Airnya ditahan dulu ya, Tuhan? Kalau Lian udah sampai dirumah, baru boleh diturunin." Doa Lian kemudian mulai melangkahkan kakinya menjauh dari halte.

•••

Sepertinya keberuntungan memang sedang tidak berpihak pada pemuda berkulit pucat itu. Yang benar saja, baru setengah perjalanan, air yang semulanya berada diatas langit kini sudah mulai turun ke bumi.

TigaL || SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang