TigaL — Chapter 22
Seminggu Lagi—Happy Reading—
Pagi hari menjelang setelah malam kelam itu terlewati. Suasana di mansion keluarga Vetera terlihat sangat sepi. Keindahan dan kemewahan rumah besar ini seperti tidak apa-apanya jika dibandingkan gubuk kecil yang penuh dengan kehangatan sebuah keluarga.
Lian, pemuda itu sudah siap dengan seragam putih abu-abunya karena hari ini adalah hari Senin. Bertumpuk-tumpuk buku yang berada dirak nya hanya dipandanginya sedari tadi. Lian menoleh pada jadwal pelajaran yang tertempel didinding kamarnya. Tangannya mulai bergerak untuk mengambil buku-buku pelajaran yang dijadwalkan hari ini.
Bruk
Sebuah buku tebal terjatuh dimeja belajarnya. Lian mengambil alih buku itu. Buku itu asing dimatanya, ia mencoba membuka isi dari buku itu. Tulisan yang tertoreh disana tidak Lian mengerti artinya, namun yang Lian tau itu adalah sebuah kitab Al-Qur'an.
Ah, Lian baru teringat sekarang. Al-Qur'an itu adalah pemberian dari Bi Sum sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 16 kemarin.
"Tulisannya indah benget, Lian jadi mau belajar baca deh." Ucap Lian kemudian menyimpan Al-Qur'an itu diatas mejanya. Lian kembali melanjutkan kegiatannya untuk mencari buku pelajarannya yang sempat tertunda, lalu memasukkannya kedalam tas. Lian beranjak dari tempatnya menuju keluar kamar.
Di atas tangga Lian berhenti, Lian menatap sekeliling rumahnya yang benar-benar sepi dan sunyi. Kakak dan ayahnya belum juga pulang dari semalam, Lian juga tidak tau mereka pergi kemana. Lian kembali menuruni anak tangga menuju dapur untuk sarapan.
Dapur pun sama sunyinya seperti ruangan yang lain. Andai Bi Sum ada disini, mungkin ia tak akan kesepian dan mempunyai teman dirumah dalam situasi seperti sekarang. Lian bergerak untuk mencari makanan yang ada. Ternyata makanan yang ia masak kemarin masih banyak tanpa berkurang sedikitpun.
Lian tersenyum miris saat hasil masakannya tak dimakan atau disentuh sama sekali. Ia mengambil nasi yang berada di magic com, tak banyak, hanya satu setengah centong. Lian berjalan menuju sayur yang masih berada di pancinya. Ia mengambil sayur kentang itu dengan sedikit banyak, ya karena kentang adalah salah satu makanan favorit Lian.
Lian menyuapkan suapan pertama. Baru saja masuk kedalam mulutnya, kunyahan Lian berhenti.
"Yah, sayurnya udah agak kecut. Ayah sama Bang Lean mana mau makanan kayak gini." Ucap Lian sambil menatap sepiring makanannya. Sayur kentang kesukaan Lian sudah mendekati dari kata basi, jadi mana mungkin Lian membiarkan ayah dan kakaknya memakan makanan ini.
Beberapa saat menatap makanan yang berada di piringnya, akhirnya Lian memutuskan untuk tetap memakan makanan itu. Ada banyak alasan Lian memilih hal itu. Karena dia lapar, karena dia tidak mau mubazir, dan karena dia kasihan pada kentang-kentang malang yang terlihat sangat menyedihkan itu.
•••
Lian menatap gerbang menjulang milik sekolahannya. Sudah lebih dari seminggu ini ia tidak masuk kesekolah dan kemungkinan besar tanpa keterangan, emang siapa yang mau mengizinkannya pada wali kelas?
Ngomong-ngomong tentang sekolah, bagaimana ya kabar teman pendeknya itu?
"Lian!!" Sang pemilik nama menoleh kebelakang. Disana ada sebuah mobil hitam yang membawa Arez dengan kepala menyembul dari jendela.
Mobil itu berhenti didekat Lian. Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya tampak keluar dari samping sisi kemudi dan membukakan pintu untuk Arez.
KAMU SEDANG MEMBACA
TigaL || Selesai
Teen FictionDiary of Lian ➞ TigaL ••• Jika orang berkata, rumah adalah tempat kita berpulang, teman adalah sosok yang paling mengerti kita, dan keluarga adalah orang-orang yang paling tulus di hidup kita. Tapi, kenapa bagi Lian itu semua terlalu mustahil untuk...