TigaL — Chapter 16
Rencana—Happy Reading—
Seminggu berlalu setelah melewati masa-masa sulit itu. Kini keluarga kecil Vetera terlihat lebih baik dari sebelumnya. Semenjak kejadian itu, banyak perubahan-perubahan yang terjadi, salah satunya sikap mereka terhadap Lian.
Zelo setiap hari akan memimpin sarapan pagi kemudian mengantarkan kedua anaknya pergi kesekolah. Kenapa hanya dua? Ya karena Leon lebih memilih menaiki motornya sendiri. Beralih pada mama Yina, wanita cantik itu juga melakukan aktivitasnya seperti biasa. Namun, mulai sekarang ia sedikit membagi perhatiannya kepada Lian, bisa dibilang Yina sedang berusaha untuk memberikan perhatian yang sama rata kepada anak-anaknya.
Untuk kedua kakak Lian sendiri, mereka juga semakin hari semakin dekat dengan Lian. Masa-masa saat ini adalah masa-masa yang didambakan oleh Lian dari dulu. Masa dimana ia akan diajak bermain oleh kedua Kakaknya. Masa dimana ia bisa belajar bersama dengan mereka. Dan masa dimana ia bisa tidur bersama kedua kakaknya.
Semua itu bisa Lian dapat sekarang. Tanpa membayar dan tanpa meminta. Entahlah, tapi Lian benar-benar menyukai hal ini.
"Lian!!" Pekik seorang pemuda yang tengah berlari sembari melambai-lambaikan tangannya kearah Lian. Sedangkan sang pemilik nama hanya menoleh sembari membalas lambaian itu.
Bruk!!
"Arez!!" Melihat bagaimana tubuh pendek itu terjatuh, dengan cepat Lian berlari menghampiri. Dibantunya Arez yang tengah merintih kesakitan untuk berdiri.
Baru saja hendak menegur orang yang telah menabrak temannya, niatnya tiba-tiba urung ketika ia melihat siapa gerangan orang itu. Beberapa saat bersitatap dengan orang itu, Lian segera memutusnya dengan alasan membantu Arez berdiri.
"Kamu nggak papa?" Tanya Lian sambil meneliti seluruh tubuh Arez.
"Aku nggak papa." Balas Arez walau terselip raut kesakitan diwajahnya.
Lian bisa menghela nafas lega saat teman pendeknya itu tidak terluka. Netra tajamnya beralih menatap orang yang tadi menabrak Arez, ternyata orang itu sudah beranjak dari tempatnya.
Ferel, pemuda jangkung si anak kacang panggilan sayang yang diberikan Lian. Ada yang aneh dari sikap anak itu beberapa hari ini, lebih tepatnya setelah kejadian dikantin waktu itu. Anak itu tidak pernah mengganggunya bahkan tidak pernah bertegur sapa dengannya. Entah apa yang terjadi, tapi Lian sedikit lebih tenang dengan perubahan si anak kacang itu.
"Kamu beneran nggak papa? Kalau ada yang sakit bilang sama Lian, nanti Lian anterin kamu ke UKS." Pertanyaan Lian dijawab gelengan saja oleh Arez. Memang benar tidak ada luka serius yang ia rasakan, mungkin hanya keseleo dibagian kakinya saja.
"Ayo kita kekelas, tapi tolong papah Arez ya Lian?" Ajak Arez yang langsung diangguki oleh Lian. Dengan pelan dan hati-hati, Lian memapah Arez menuju kekelas mereka yang hanya tinggal melewati beberapa ruangan lagi.
•••
Kringggg
"Baik, pelajaran kita akhiri sampai disini. Sampai jumpa minggu depan dan jangan lupa untuk tetap semangat belajar. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh."
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh." Balas seluruh siswa dari kelas Lian.
Saat guru pengajar sudah beranjak keluar kelas, dengan cepat Lian mendekat kearah bangku Arez. "Arez mau ke kantin nggak?"
Yang ditanya tampak ragu menjawab, "kayaknya enggak deh Lian. Kaki Arez rasanya masih cenat cenut. Kalau Lian mau ke kantin, ke kantin aja."
"Eum... Arez tunggu disini sebentar ya? Lian ke kantin cuma sebentar kok." Pamit Lian yang dibalas anggukan singkat oleh Arez.
KAMU SEDANG MEMBACA
TigaL || Selesai
Teen FictionDiary of Lian ➞ TigaL ••• Jika orang berkata, rumah adalah tempat kita berpulang, teman adalah sosok yang paling mengerti kita, dan keluarga adalah orang-orang yang paling tulus di hidup kita. Tapi, kenapa bagi Lian itu semua terlalu mustahil untuk...