TigaL — Chapter 10
Bersama—Happy Reading—
Lian pov
Tiga hari sudah berlalu, jika saja aku tidak drop waktu itu, mungkin aku sudah bisa bersekolah karena masa skors ku sudah dicabut. Namun apa sekarang? Sudah tiga hari ini pula aku belum bisa bersekolah karena harus terkurung diruangan yang paling membosankan ini.
"Ayo lah Papa, Lian mau pulang sekarang. Lian benar-benar sudah sembuh, ayo pulang..." Dan aku terus berusaha membujuk lelaki yang hanya menatapku dengan sesekali terkekeh. Entah apa yang membuatnya tertawa, namun di mataku dia tengah mengejekku sekarang.
Orang yang ku panggil 'papa' itu berjalan mendekatiku, tangan kekarnya mendarat apik dikepalaku. "Besok, besok Papa janji kamu boleh pulang. Tapi untuk hari ini tidak dulu, kita ikuti saran dari dokter Andrew biar kamu cepat pulih."
"Berarti ini semua gara-gara Om Andrew!! Dasar dokter nakal!!" Aku benar-benar kesal dengan orang bernama Andrew itu. Bisa-bisanya dia mempengaruhi papaku untuk tidak mengajakku pulang hari ini. Lihat saja, akan ku buat perhitungan untuk orang itu nanti.
Cklek
Panjang umur, baru saja dibicarakan orangnya langsung nongol. Bersiap saja, dokter Andrew.
"Selamat pagi pasien nakal." Aku tak membalas sapaannya walau mulutku sudah sangat gatal ingin mengabsen nama binatang yang ada di kebun tomat.
Papa sedikit menjauh agar manusia berbaju putih itu lebih leluasa untuk memeriksa keadaanku. Dan aku hanya memandang sengit orang itu yang masih sibuk mengecek seluruh tubuhku.
Mata kami bersitatap, dia menajamkan matanya hingga dahinya berkerut. Aku tak mau kalah dong, aku pun menajamkan mataku agar orang itu takut kepadaku.
"Huh!!" Mataku berkedip secara bersamaan kala dokter Andrew menghembuskan angin dari mulutnya tepat didepan mataku.
"Hahaha... Kamu kalah. Sekarang katakan, apa yang Lian rasakan saat ini hm?" Lihatlah wajah tanpa rasa bersalah itu, aku semakin sebal saja dengan manusia satu ini.
"Lian?" Dia memanggilku tapi aku tidak perduli.
"Lian?" Dia memanggilku lagi, tapi aku tetap tidak perduli.
"Lian? Kenapa diam saja?" Papa menegurku, dengan sangat terpaksa aku pun membalas pertanyaan dokter menyebalkan itu.
"Aku baik dan sangat baik. Sekarang tolong lepaskan benda keramat ini, aku mau pulang!" Ucapku sembari menunjuk jarum infus yang masih menancap apik ditangan mulus ku ini.
"Untuk hari ini tidak, menginaplah disini semalam lagi agar Om bisa memastikan keadaanmu hingga benar-benar sudah memungkinkan untuk pulang."
"Aku benar-benar sudah baik Om, tolong izinkan Lian pulang. Lian besok harus pergi sekolah dan Lian juga bosan berada diruangan ini."
"Tetap tida-"
"Lian marah!! Hiks pulang!! Lian mau pulang Papa!! Om Andrew jahat, Om Andrew jahat!!" Tidak ada jalan lain lagi selain dengan cara ini. Dan itu berjalan sesuai rencana, terlihat dokter Andrew dan papa yang kalang kabut menenangkan ku.
"Bisakah aku membawanya pulang malam ini?" Tanya papa pada om Andrew.
"Huft... Jika sudah seperti ini aku tidak bisa menolak. Tapi Lian harus berjanji sama Om kalau kamu harus lebih rajin minum obatnya dan jangan sekalipun langgar aturan yang Om berikan, paham?" Aku mengangguk semangat, akhirnya air mataku yang keluar tidak sia-sia. Dokter Andrew mulai melepas seluruh alat medis yang menempel pada tubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TigaL || Selesai
Teen FictionDiary of Lian ➞ TigaL ••• Jika orang berkata, rumah adalah tempat kita berpulang, teman adalah sosok yang paling mengerti kita, dan keluarga adalah orang-orang yang paling tulus di hidup kita. Tapi, kenapa bagi Lian itu semua terlalu mustahil untuk...