TigaL - Chapter 28
Malam Dan Harapan-Happy Reading-
"Heh, lo kalau masih mau jadi murid di sekolahan ini jangan banyak tingkah. Lo kira gue nggak tau apa aja yang lo lakuin semenjak masuk disekolahan ini? Ferel Arlano Armezar, yang dicap sebagai berandal sekolah. Lo bangga dengan gelar itu ha?! Emang lo belum puas jadi beban keluarga? Lo mau ngikutin jejak nyokap lo yang kurang ajar itu? Dan sekarang lo mau tambah jadi beban sekolah? Harga diri lo mana Ferel, harga diri lo mana?!"
Meski memiliki sikap yang kasar dan sok menjadi berandal, Ferel tetaplah manusia yang memiliki kelemahan. Zean, kakaknya sendirilah yang menjadi kelemahannya. Dulunya Ferel adalah pemuda yang baik dan penurut. Namun semenjak sikap Zean yang menjadi keras padanya, sikap Ferel juga ikut berubah. Mereka yang sekarang tak sedekat dulu dan mereka yang sekarang ibarat Lean dan Lian dimasa lalu, mungkin lebih dari itu.
"Nggak bisa jawab kan lo?! Lo itu nggak bisa ngebanggain Papa sama Mama. Lo itu bisanya cuma buat mereka susah. Seharusnya lo-"
"Seharusnya lo itu mati dan nggak pernah dilahirkan di dunia. Udah puas maki-maki gue?" Ferel melanjutkan ucapan Zean walau dengan kepala tertunduk. Diantara takut dan kecewa, Ferel benar-benar sudah muak mendengar kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut kakaknya.
"Oke gue bakal mati, gue bakal menghilang dari dunia. Tapi gue mau buat kenangan yang indah dulu sama lo, sama Bang Zean yang dulu." Zean tersenyum miring saat mendengar penuturan Ferel yang terdengar sangat meyakinkan ditelinga nya.
"Oke, gue tunggu mayat lo pulang kerumah." Ujar Zean kemudian pergi meninggalkan Ferel yang masih belum percaya dengan apa yang kakaknya ucapkan tadi. Menunggu mayatnya pulang? Lengkap sudah alasan Ferel untuk menghilang dari dunia ini.
Ferel mengambil sesuatu dari saku seragamnya. Ia menatap benda itu lamat-lamat. Benda itu bergerak menuju lehernya sendiri. Ferel memejamkan matanya, antara takut dan sudah siap. Benda itu semakin mendekat dan sudah menempel pada kulit lehernya. Dengan sekali tarik, sudah dipastikan lantai putih kamar mandi ini akan berubah menjadi merah seketika.
Sret
Ferel semakin memejamkan matanya saat benda yang berada dilehernya itu berpindah tempat. Namun ada yang aneh, dia tidak merasakan apapun. Mata Ferel terbuka perlahan. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lian yang tengah menatapnya dengan tatapan kaget. Mata Ferel beralih pada tangan Lian yang tiba-tiba berubah menjadi merah.
"L-lo?"
"Mau bunuh diri ya?" Tanya Lian dengan santai sambil melipat kembali benda tajam milik Ferel.
"Emang masalah kamu berat banget ya, sampai-sampai kamu mau lakuin hal itu?" Ferel tak menjawab, pemuda itu tampak bergerak untuk bersandar pada dinding toilet.
"Sebelumnya Lian minta maaf, Lian tadi nggak sengaja dengar pembicaraan kamu sama orang yang tadi. Kamu sama dia kakak adik kan?" Dan sama, Ferel tetap diam.
"Kalian itu seperti Lian dulu. Berantem- bukan, sering jauh-jauhan tapi tetap sayang."
"Gue masih normal bego!" Ucap Ferel tanpa mengalihkan pandangan kedepan.
"Hehe... Ferel mau bukti? Coba deh, lihat bawah pintu itu." Ucap Lian sambil menunjuk ujung pintu. Ferel dengan malas mengikuti arah petunjuk Lian. Disana ada sebuah bayangan seseorang yang tengah berdiri.
"Siapa?" Tanya Ferel.
"Orang yang tadi."
Ferel kembali ke posisi semula. "Oh, selain dia nyuruh gue mati, ternyata dia juga nyuruh lo untuk jadi saksi mata atas kematian gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
TigaL || Selesai
Teen FictionDiary of Lian ➞ TigaL ••• Jika orang berkata, rumah adalah tempat kita berpulang, teman adalah sosok yang paling mengerti kita, dan keluarga adalah orang-orang yang paling tulus di hidup kita. Tapi, kenapa bagi Lian itu semua terlalu mustahil untuk...