|Chapter 21| Anak Papa

2.1K 212 18
                                    

TigaL — Chapter 21
Anak Papa

—Happy Reading—

"Hah..." Helaan nafas panjang itu berasal dari Lian. Pemuda 16 tahun yang tidak lama lagi akan menginjak 17 itu hanya menatap pintu utama yang masih tertutup dengan rapat. Ya, saat ini Lian tengah menunggu kedatangan keluarganya dari rumah sakit. Lian mendengar kabar gembira itu dari Pak Wandi tadi pagi.

"Gini nih, kalau Bi Sum nggak dirumah. Kucingnya udah mulai aktif ya Bund." Ucap Lian sembari menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat tetesan-tetesan darah tikus korban pembunuhan kucing kesayangan abangnya.

Lian beranjak dari sofa menuju ruang kebersihan. Tak lama kemudian, Lian kembali dengan membawa sapu, alat pel, dan sebuah lap. Lian mulai membersihkan ruangan tengah itu, mulai dari menyapu, membersihkan darah, sampai mengelap beberapa souvernir yang terpajang disana.

Hampir 30 menit penuh, Lian sibuk dengan kegiatannya. Usaha tidak menghianati hasil, ruangan yang sebelumnya kotor kini sudah lebih bersih dari sebelumnya.

"Hah... Akhirnya selesai juga." Guman Lian menatap hasil kerjanya dengan puas.

Lian kembali beranjak mengembalikan alat-alat kebersihan itu. Lalu setelahnya, Lian berbelok menuju dapur untuk memasak. Lian pikir, kedua orangtuanya dan kakaknya pasti lapar karena baru pulang dari rumah sakit. Jadi ia akan memasak makanan yang cukup spesial dengan resep yang diberikan Bi Sum.

•••

"Bang, gue pulang dulu. Lo disini aja, jangan aneh-aneh. Dan gue minta, gue balik kesini lo harus udah bangun. Titik nggak pake titik-titik." Ucap Lean pada Leon yang berada didalam ruangan khususnya.

"Kalian hati-hati dijalan. Lean juga dirumah jangan terlalu kecapean. Kalau mau jenguk Bang Leon, Lean harus kabari Mama atau Papa dulu, paham?" Nasehat Yina pada anak tengahnya.

"Iya Ma. Yaudah yuk Pa, kita jalan." Ajak Lean sambil berlalu dari sana.

"Mas juga hati-hati, aku masih agak trauma sama kejadian anak-anak." Ucap Yina pada Zelo.

"Iya sayang, kamu juga kalau ada apa-apa langsung kabari aku." Balas Zelo lalu mengecup dahi istrinya.

Skip

Disepanjang perjalanan menuju pulang ini tak ada pembicaraan diantara ayah dan anak itu. Zelo yang fokus pada jalan, dan Lean yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Tampaknya ia masih memikirkan adiknya yang sampai sekarang belum juga ada kabarnya.

"Lean?" Panggilan itu menyadarkan Lean.

"Iya Pa?"

"Kamu lagi mikirin apa?"

Pertanyaan itu membuat Lean kikuk seketika, "e-em... B-bang Leon Pa."

"Bang Leon jangan terus dipikirin, Papa nggak mau keadaan kamu semakin menurun karena kamu juga harus fokus sama masa pemulihan kamu. Tangan kamu sudah tidak apa-apa?"

Lean menatap tangannya yang terdapat arm sling. "Udah mendingan kok Pa, cuma belum bisa dibuat gerak aja."

"Kalau begitu nanti Papa izinkan pada wali kelasmu. Kamu nggak keberatan kan libur beberapa hari lagi?"

TigaL || SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang