TigaL - Chapter 26
Kacau-Happy Reading-
Kamar bernuansa coklat milik Lian ini, Arez kitari sedari tadi. Ruangan yang tak seberapa besar ini begitu menarik perhatiannya dari setiap sudut. Arez membawa langkahnya menuju meja belajar yang terdapat beberapa tumpuk buku yang bisa dipastikan itu milik Lian.
"Kamar Lian bagus, tapi suasananya aneh." Komentar Arez sambil menatap seluruh sudut ruangan ini dari tempat belajar Lian.
Arez beralih pada beberapa kertas yang Lian tempelkan pada dinding depan meja belajarnya. Banyak yang anak itu tulis disana, mulai dari jadwal pelajaran, sebuah kertas yang tertulis tanggalan yang Lian buat sendiri, dan sebuah kata-kata penyemangat untuk dirinya sendiri.
Arez tertarik untuk membaca beberapa kata-kata penyemangat yang Lian tulis disana. Tulisan itu rapi dan begitu mudah dimengerti, kecuali yang satu ini.
"Jika boleh memilih, aku akan tetap bertahan di situasi ini. Dan jika tidak, aku akan menyerah saat ini juga."
Sedikit membingungkan bagi Arez. Itu bukan seperti kata-kata penyemangat atau sejenisnya, kata itu lebih menjurus pada ungkapan hati. Apa Lian sedang menghadapi kesulitan saat ini?
Pusing memikirkan apa maksud dari tulisan Lian, Arez mencoba melupakannya karena otaknya yang masih mini ini belum bisa berpikir sampai sana. Arez menatap buku-buku Lian sampai ada satu buku yang begitu menarik perhatiannya. Arez membawa buku itu pada tangannya.
"Diary Lian." Baca Arez pada judul buku bersampul ungu itu.
Katakan saja Arez tidak sopan, tapi buku itu benar-benar menarik perhatiannya. Arez berhenti membaca buku itu pada lembar ketiga. Ia berpikir sejenak, kalau seumpamanya Lian mengetahui bahwa buku hariannya dibaca olehnya, pasti Lian bisa merah besar. Marahnya Lian bukan apa-apa bagi Arez, namun jika sampai Lian mengakhiri pertemanannya, itu yang menjadi ketakutan terbesar bagi Arez.
Dengan cepat Arez menutup buku itu lalu hendak mengembalikannya ketempat semula. Arez kaget, tiba-tiba pintu kamar Lian terbuka. Buku harian Lian terjatuh dibarengi dengan nampaknya sosok pemuda yang datang dari arah pintu.
"Lo siapa?!" Tanya Lean saat mendapati bukan kembarannya lah yang berada dikamar ini, melainkan orang lain.
"A-ampun Bang, aku Arez." Jawab Arez sambil berdiri saking takutnya.
Lean mempertajam penglihatannya. Oh, ternyata orang itu adalah teman pendek adiknya, Lean bisa bernafas dengan lega. Ia mendekat kearah Arez yang masih ketakutan sekaligus terkejut.
"Tenang. Gue Lean, abang kembarnya Lian. Lo kenapa bisa disini? Lo nyasar apa dibuang sama bokap lo?" Arez yang semulanya ketakutan langsung berubah kesal saat mendengar pertanyaan Lean. Yang benar saja dia dibuang ayahnya sendiri?!
"Arez ada disini karena disuruh sama Ayah dan Om."
"Om? Siapa Om lo?" Tanya Lean sambil berjalan menuju kasur Lian lalu mendudukkan dirinya disana.
"Ya ayahnya Lian lah! Siapa lagi emang?!" Balas Arez masih dengan mode kesalnya.
Lean terkekeh kecil saat melihat wajah Arez yang semakin imut saat marah itu. Lian dan Arez seperti tak ada bedanya saja jika seperti ini. "Emang Papa gue kemana sama Ayah lo, sampai-sampai lo dititipin segala kerumah gue?"
"Nggak tau. Tapi tadi Om bilang gini ke Ayah, 'aku harus ke mansion Ayah, Lian ada disana,' gitu." Ucap Arez menirukan ucapan dan gaya nada Zelo tadi.
Lean terdiam, dia belum paham dengan apa yang dikatakan Arez- ah bukan, ayahnya itu. Mansion ayah? Lian ada disana? Otak pintarnya seketika loading ketika mencari tau maksud dari kata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TigaL || Selesai
Ficção AdolescenteDiary of Lian ➞ TigaL ••• Jika orang berkata, rumah adalah tempat kita berpulang, teman adalah sosok yang paling mengerti kita, dan keluarga adalah orang-orang yang paling tulus di hidup kita. Tapi, kenapa bagi Lian itu semua terlalu mustahil untuk...