1. Hari Pertama

145 20 1
                                    

Putri menatap ke penjuruh dapur bernuasa klasik dan ber cat putih ini. Ia tidak percaya bahwa dirinya sudah mengubah status menjadi istri orang. Dan lagi orang tersebut adalah Asa, pria yang dinginnya melebihi kutub utara.

"Kak Asa. gue tidur dimana?" Tanya Putri kepada Asa yang tengah membuat susu hangat.

"kamar," Ucap Asa tanpa berniat melirik ke arah Putri. Putri berdecak, karena mendapat jawaban yang tidak jelas.

"Kak Asa, serius ih!"

Asa pergi membawa susu hangat di tangan kanan nya tanpa melirik atau mendengar ucapan Putri. Putri pun tanpa sengaja mengikuti Asa dari belakang.

Hingga, sampailah mereka di depan pintu kamar yang bertulis 'kan papan nama 'awan' dengan warna putih dan biru langit.

Asa tidak mengetuk pintu dan langsung membuka knop pintu kamar tersebut. Putri tidak mengikuti Asa masuk kali ini, tapi Putri dapat melihat dan mendengar dengan jelas apa yang terjadi di dalam sana.

"Wan, minum susu nya."

"Susu? Wawan minum? Hehe ... Nanti, nanti...," Laki-laki lain yang bernama Wawan itu menggeleng 'kan kepala nya sambil memayunkan bibir nya.

"Awana Jalaska!"

"Iya, iya, minum, minum, susu, awan minum," Awan meminum susu hangat buatan Asa, lalu memberikan gelas kosong bekas dia meminum tersebut kepada Asa.

Putri yang menyaksikan interaksi kedua nya bingung dengan keadaan ini, ia merasa asing. Banyak hal yang berputar di kepala Putri perihal pertama tentang ternyata ada orang lain yang tinggal disini selain dirinya dan Asa. Walau Putri tahu kalau rumah ini milik Asa, tapi di ekspektasi perempuan itu Asa tinggal sendiri.

Perihal kedua tentang siapa laki-laki ini dan mengapa dia seperti orang yang memiliki gangguan psikis. Apa ini teman nya Kak Asa? Pikir Putri.

"Tidur, sudah malam."

Asa keluar dari kamar tersebut sambil menutup pintu kamar, dan setelah nya ia membawa gelas kosong itu menuju dapur kembali.

"Eum ... Kak Asa ...,"

"Adik."

Ucapan Putri terpotong oleh pernyataan tiba-tiba oleh Asa. Perempuan itu mengerjapkan mata nya berkali-kali.

"Kok? Gue mau nanya kamar buat gue tidur dimana kak? Kok jawab adik sih," Protes Putri yang masih setia memeluk tas ransel nya.

"Oh. Sebelah kamar Awan," Ucap Asa. Untung Putri tahu siapa Awan, laki-laki yang tadi diberikan susu hangat oleh Asa.

"Loh? Astaghfirullahalazim, tahu gitu kenapa gak bilang dari tadi sih kak!" Protes Putri sekali lagi.

"Lo gak nanya," Ada benar-Nya apa yang dikatakan oleh Asa, salah Putri juga kenapa bertanya saat sudah berada di dapur.

"Males debat kak, oke deh."

Putri berjalan menuju kamar yang di maksud oleh Asa, kamar tersebut melewati kamar milik Awan. Tepat saat Putri berjalan di depan pintu kamar tersebut terdengar suara rengekan dan tangisan bak anak kecil.

Sedikit terselip rasa penasaran di benak Putri, tapi perempuan itu tahu privasi dan lebih baik memendam rasa penasaran nya. Hingga sampailah Putri ke kamar bernuasa putih yang lumayan luas untuk dua orang, karena badan Putri sangat pegal, perempuan itu langsung merebahkan badan nya ke kasur.

"Hah ... Adik ya? Apa kak Asa mikir kalau gue mau nanya tentang siapa si Awan Awan di sebelah itu lagi, kalau dia adik nya kak Asa kayak ada rasa gak mungkin ya. Nama adik nya Awana Jalaska, eh Jalaska atau apa ya tadi? Gak tau deh. tapi kenapa nama nya kak Asa gak se-keren Awan. Asahirul Jamil, dimana letak keren nya?"

Another Side My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang