24. Kebenaran

96 13 0
                                    

"Mau kemana?" Tanya Asa yang duduk sambil menatap Putri.

Putri yang sedang memasang sepatunya pun menjawab pertanyaan Asa sembari melirik Asa sesekali.

"Mau ke kampus kak,"

Asa bangun dari tempatnya, ia mengambi jasnya dan memakainya. Lalu ia mengambil kunci mobilnya. "Ayo," Katanya.

Putri yang memang sudah selesai memasang kedua sepatunya pun menatap Asa dengan mimik wajah yang bertanya-tanya.

"Ayo, biar aku yang antar."

Putri terkekeh sambil tersenyum ketika mendengar ucapan Asa yang masih terdengar kaku mengucapkan kata aku padanya. Lalu ia bangun dari posisi duduknya dan membersihkan belakangnya yang mungkin terkena debu.

"Ayo kak!" Asa mengangguk lalu mereka berdua menuju mobil milik Asa.

"Kak Asa ngantor nanti? Aku boleh main-main kesana gak?" Tanya Putri.

"Mau ngapain?"

"Mau beli bakso disana. Kelihatan nya enak," Kata Putri yang terbayang-bayang dengan bakso di sekitar kantor Asa. Bahkan ia sudah menantikan nya dari lama.

"Gak usah kesana. Biar aku yang beliin," Kata Asa. Putri mengangguk, lalu melirik kearah jam tangannya.

"Kak! Astaghfirullahalazim. Udah mau masuk," Ucap Putri dengan panik. Asa pun langsung menancapkan gasnya ketika mobilnya berhasil di keluarkan dari bagasi.

Asa membawa mobil dengan kecepatan rata-rata karena ucapan Putri tadi yang terlihat akan terlambat untuk kelas. Putri yang mau protes jadi mengurungkan niatnya karena takut oleh kecepatan mobil yang di bawa Asa, yang membuat kepala nya seakan blank tidak tahu ingin berkata apa.

Sesampainya di kampus, Putri langsung terdiam. Asa pun juga begitu, ah tidak Asa memang pendiam.

"Udah ... Sampai?" Ucap Asa sambil melihat kearah Putri yang masih terkejut dengan kecepatan laju mobil yang di bawa oleh Asa.

"Hah? Oh iya...."

"Nanti aku yang jemput, tunggu aja di luar," Kata Asa. Putri masih dengan pandangan kosongnya mengiyakan ucapan Asa. Setelah itu Putri keluar dari mobil Asa tanpa menyalami tangan Asa seperti biasanya. Bahkan Asa sudah memberikan acang-acangan tangan yang akan di salimi.

"Dia kenapa anak itu?" Ucap Asa dengan bingung. Karena tidak mau terlalu memikirkan nya Asa pun pergi dari halaman kampus.

Dilain tempat Putri berjalan dengan linglung menuju kelasnya. Dan tidak sengaja Zila melihat Putri. Zila pun datang menghampiri Putri yang tengah linglung.

"Woi Put!" Panggil Zila.

"Apa?"

"Muka lo kenapa anjir? Tegang amat, hari ini kelas bu Diah. Jadi santuy, lagian kelas masih satu jam lagi," Kata Zila.

"Bentar, jangan ajak gue ngobrol. Gue masih kalap," Balas Putri.

Mereka berdua masuk ke dalam kelas. Dan hanya ada lima orang disana. Seperti kata Zila, kelas akan di mulai satu jam lagi.

"Put, perut lo kok masih tepos sih?" Putri langsung menatap Zila tajam ketika mendengar pertanyaan tidak masuk akal dari Zila.

"Perut gue dari dulu emang begini."

"Loh, kok gak besar-besar? Kan lo hamil Put," Kata Zila dengan polosnya.

"Siapa yang bilang hamil sih?" Tanya Putri lelah akibat ke t*lolan temannya.

"Kemarin kan pas di motor, lo bilang ngidam terus minta makan bakwan."

"Bisa gak, gak usah di bahas?" Zila diam setelah Putri menanyakan ham tersebut.

Another Side My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang