14. Awan Hilang

96 15 1
                                    

Selesai shalat subuh, Putri berjalan menuju ke kamar milik Awan. Semenjak kedekatan nya dan Awan, Putri sesekali mengunjungi kamar Awan setelah shalat subuh.

"Wan," Putri membuka pintu kamar milik Awan. Putri mengernyit melihat kamar Awan yang terlihat kosong tidak berpenghuni, tidak ada tanda-tanda keberadaan Awan disana.

Putri mencari Awan kesegala ruangan, bahkan Putri menggedor-gedor pintu kamar mandi. Asa yang sedang shalat subuh terkadang terkejut saat mendengar gedoran pintu Putri.

"Aduh, ini Awan kemana? Kok di semua tempat di rumah ini gak ada sih," Ucap Putri. Ia masuk kembali kedalam kamar, dan bertemu dengan Asa yang selesai shalat subuh.

Putri mendekat kearah Asa, lalu bertanya kemana Awan.

"Kak Asa, gue tadi nyari Awan, kok gak ada dikamar? Kemana dia kak?" Tanya Putri. Asa mengernyit tidak paham dengan ucapan Putri.

"Maksud?"

"Awan gak ada di kamar nya kak, jam segini Awan gak pernah keluar kamar," Ujar Putri. Asa diam.

Ia mengambil ponsel nya di atas meja samping ranjang, lalu menelfon salah satu teman nya.

"Assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam, kenapa nelfon jam segini Sa? Lagi laksanain sunah nabi apa gimana---"

"Awan hilang." Asa memotong ucapan teman nya itu, yang dimana membuat mereka berdua sama-sama terdiam. Tiga dengan Putri.

"Kok bisa dia hilang? Rumah lo di kunci 'kan?" Asa beralih menatap kearah Putri.

"Put, semalem kunci pintu rumah gak?" Tanya Asa. Semalam Putri pulang telat, maka nya Asa bertanya pada Putri.

Putri menggeleng dengan rasa bersalah, "aku kelelahan sampai gak ada kepikiran buat ngunci pintu kak."

"Semalam pintu emang gak ke kunci Ji," Kata Asa yang kembali berbicara dengan lawan bicara nya di telfon.

"Kok bisa sih? Allahuakbar, tapi modelan Awan gak bakal kabur kalau gak ada desakan atau hal yang buat dia gak nyaman,"

Asa diam, Putri yang daritadi mendengarkan kedua nya berbicara kini menatap kearah Asa.

"Salah gue ji, kemarin gue nyuruh dia buat ketemu uma," Kata Asa yang disusul dengan helaan napas nya. Putri disini tidak paham, tapi mencoba paham.

"Gue selalu bilang sama lo buat jangan bahas tentang trauma nya, lo apa gak paham sama kata-kata gue?" Nada berbicara Jinan sudah terdengar tegas. Asa memijat pelipis nya, pusing dengan adik yang satunya itu.

"Sorry, gue kelepasan waktu itu."

Terdengar helaan napas di seberang, sepertinya Jinan sudah lelah dengan Asa yang selalu susah mengontrol emosi nya.

"Nanti gue bantu cari bareng Jaka, mending sekarang lo kerja nafkahin istri lo, mumpung gue libur, gue bisa nyari Awan nanti,"

Asa mengangguk, jelas saja Jinan tidak tau Asa membalas ucapan nya atau tidak.

"Oke kak, makasih. Tolong bantu cariin Awan," Ucap Putri pada sambungan yang masih nyambung.

"Iya, tenang kalian berdua jangan panik, udah dulu ya. Mau bantu umi jualan,"

"Iya kak, sekali lagi terimakasih," Putri tidak sadar bahwa ia membalas ucapan Jinan di telfon sembari tersenyum. Asa yang sadar dan melihat Putri tersenyum menatap tak suka kearah ponsel nya.

"Ok, assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam," Balas kedua nya. Asa langsung pergi keluar kamar, sedangkan Putri mengikuti Asa dari belakang.

Another Side My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang