Putri lebih dulu bangun dari pada Asa. Maka dari itu juga ia membangunkan sang suami untuk segera melaksanakan salat subuh. Karena sudah salat, Putri keluar dari kamar dan menghampiri dapur rumahnya.
"Suami kamu sudah bangun, Put?" Tanya Bunda Santika sembari melirik-lirik ke pintu kamar Putri.
"Sudah, bun."
"Gimana semalem Put?"
"Apa nya yang gimana bun?" Tanya Putri seadanya.
"Ya ... Ah! nggak jadi, Bunda mau ke ayah kamu dulu deh, mau jalan-jalan pagi. Ikut nggak?" Tanya Santika, untuk yang terakhir kalinya.
"Nggak bun."
Sesuai perkataan bundanya. Mereka berdua pergi dari rumah, dan kini yang tersisa hanya Asa dan juga Putri. Tapi berhubung Asa belum juga keluar kamar, Putri berinisiatif memasak seadanya.
"GORENGAN! GORENGAN!"
"Wih gorengan tuh. Kak Asa mau gorengan?" Tanya Putri sedikit berteriak.
"Boleh," Jawab Asa.
Dengan secepat kilat Putri mengambil jilbab, lalu menghampiri penjual gorengan keliling tersebut.
"Bu, beli sepuluh ribu ya. Campur aja."
"Siap neng. Saya jujur neng, sebenernya nggak enak jualan di tengah-tengah orang meninggal. Tapi mau bagimana lagi ya? Saya juga butuh uang."
"Iya bu, wes nggak papa. Nama nya juga kebetuhan hidup. Kalau begitu saya masuk dulu ya bu," Setelah mendapatkan gorengan, Putri kembali masuk kedalam rumahnya.
Ia membuat kopi agar dibantu dapat mengimbangi gorengan nya. Semua ini bukan buat dirinya, melainkan suaminya.
"Kak! Kapan keluar kamar?" Tanya Putri yang datang sambil membawa nampan berisikan kopi dan juga gorengan.
"Sebentar," Jawab Asa yang masih terfokus kan pada laptop.
"Kalau gitu aku ke dapur dulu ya," Putri yang mau pergi, langsung di tahan oleh Asa.
"Duduk dulu."
Akhirnya Putri menurut dan duduk di dekat Asa. Entah apa yang akan di bicarakan oleh suaminya.
"Kamu mau pindah tinggal disini nggak?" Tanya Asa. Putri terkejut dengan pertanyaan Asa.
'Kak Asa nanya apa sih? artinya dia nyuruh gue tinggal di sini tuh apa? Jangan-jangan dia ngajakin cerai?' Batin Putri.
"Jangan mikir macem-macem. Aku nawarin karena rumah disebelah di jual. Aku kepikiran aja, soalnya kamu keliatan lebih nyaman di lingkungan sini dari pada disana. Jadi ya ... aku kepikiran buat ambil."
"Aduh!" Putri memukul lengan Asa begitu saja saat mendengar penjelasan Asa.
"Main beli-beli aja! Kenapa boros banget sih!" Ucap Putri dengan kesal karena tingkah suaminya.
"Ya nggak boros kalau rumah disana aku sewain atau jual. Yang penting kamu nyaman, aku nggak masalah."
Putri tertegun. Kenapa tiba-tiba Asa jadi begitu lembut padanya, atau memang sebelumnya Asa memang sebaik ini.
"Kamu mau nggak?" Putri terdiam mempertimbangkan. Jujur ini adalah tawaran yang bagus. Dibandingkan lingkungan rumah Asa yang sangat sosialita dan judes-judes, disini malah terasa nyaman.
"Di pikirin aja dulu."
"Iya, makasih ya kak. Aku mau lanjut masak dulu," Asa menganggukkan kepalanya.
Sesuai apa yang di katakan, Putri melanjutkan masaknya sambil sesekali memikirkan penawaran Asa. Bahkan dia sampai tidak sadar kalau masakan nya gosong. Jujur Asa yang menciun bau gosong dari makanan itu langsung berlari menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side My Husband
FanfictionPutri yang bertekad hijrah dimulai dengan les mengaji kepada ustadz Kamal. Eh malah nikah sama anak nya ustadz Kamal yang dingin nya melebihi kutub utara. Yang membuat Putri terkejut adalah anak nya ustadz Kamal ini suka berkeliaran di dunia malam...