30. Sambutan Rumah Baru

66 5 0
                                    

"Mas berangkat ya."

Putri mengangguk sambil menyalami tangan Asa. Setelah melihat kepergian suami nya, dia bersiap menuju pasar dengan bunda nya karena sudah janjian.

Hanya dengan sebuah kantung tas belanja dan juga pakaian bercelana serta jilbab jadi dia menunggu bunda nya di depan rumah.

"Ini Putri? Ternyata yang tinggal di sebelah rumah bunda kamu itu, kamu toh?"

"Iya nih bu," Jawab Putri. Dalam hati dia bertanya-tanya siapa kah sosok ibu ini yang tiba-tiba mengenalnya.

"Kenapa nggak satu rumah sama bunda kamu saja? Kan satu keluarga."

"Sengaja. Pengantin baru to? Nanti mereka canggung kalau ketauan pacaran. Apalagi menantu itu orangnya romantis ke Putri. Iya kan, Put?"

Putri menanggapi ucapan bunda nya yang baru saja keluar rumah dengan sebuah senyuman yang sudah menjawab semua pertanyaan.

"Kami pergi dulu ya ke pasar," Santika menarik tangan Putri dan membawa nya pergi menjauh dari ibu tadi.

"Kamu kalau digituin lagi balas aja, dia suka ngomongin keluarga kita itu. Sok tau sekali sama kehidupan kita," Nyinyir Santika.

"Kok bisa?"

"Beber berita ayah sama bunda nggak suka Asa karena kasus pernikahan kalian dulu. Padahal mah yang harus malu keluarga Asa kali ya, punya menantu kayak kamu."

"Bunda! Gini-gini menantu kesayangan nya Umi Jule."

"Anak cowo nya kan cuman Asa. Iya kan?" Putri menegang, jadi bunda nya belum tahu pasal Wawan dan juga masa lalu Asa.

"Bunda. Pulang dari pasar, ada yang mau Putri omongin sama bunda. Tapi tolong jangan benci mas ya?"

"Kayak mas mu buat tindakan kriminal aja. Gapapa, Asa kan dulu anak geng motor begajulan. Yang penting gimana dia sekarang, bukan gimana dia dulu. Mas mu juga sekarang kan udah berubah."

"Iya bun."

Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Mereka pun belanja sesuai kebutuhan. Putri tidak membeli banyak hal, hanya bahan makanan yang sekira nya bertahan lama di kulkas. Sisanya akan ia beli di supermarket.

Selesai berbelanja, Putri langsung menceritakan apa yang ingin dia ceritakan mengenai keluarga Asa pada bunda nya di perjalanan pulang. Tidak jarang Santika terkejut mendengar cerita dari Putri.

"Gimana menurut bunda? Bunda masih mikir suka Mas Asa?" Tanya Putri memastikan.

"Kenapa harus nggak? Gini ya Put. Dengan Asa yang latar belakang nya kayak gitu buat bunda bangga sama Asa. Bayangin di umurnya yang masih terbilang muda harus berjuang cari uang  dan sempat di tinggalkan di panti asuhan. Itu bukan salah Asa, Put. Itu juga udah masuk radar masalah orang tua nya Asa, kamu cukup nyemangatin Asa aja."

"Tapi bunda nggak masalah sama hal itu kan? Karena pernikahan bukan menyatukan dua insan tapi menyatukan dua keluarga."

"Bunda nggak masalah. Sama sekali nggak masalah. Jule juga disitu kondisi nya ya emang salah, tapi dengan bisa bertahan sampai sekarang aja beliau sudah keren. Sekali-kali kamu ajaklah mertuamu jalan-jalan."

Putri mengangguk. Dia bernapas lega ketika mendengar jawaban dari Santika. Jika begini, dia tidak perlu memikirkan banyak hal lagi.

"Nanti pas pulang bunda ceritain ke ayah ya, bunda yakin ayah bakal satu pemikiran sama bunda."

"Minta tolong ya, bunda."

Dering ponsel Putri bergetar, dengan sigap Putri mengangkat telpon dari mas suami.

Another Side My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang