2. Awan

114 19 6
                                    

Hari ini Putri tidak mendapatkan jadwal kuliah, padahal hari ini adalah hari senin. Dimana anak sekolahan akan melaksanakan upacara bendera.

"Bosen deh, kak Asa udah berangkat kerja aja," Putri duduk di meja makan sambil memakan kacang toplesan sambil melamun.

"Apa yang biasa di lakuin ibu-ibu jam segera ni ya? Abun biasa nya cuci baju deh. Ngomong-ngomong tentang Abun, jadi kangen."

Putri mengeluarkan ponsel nya dari saku celana nya jeans nya. Lalu menekan icon telfon.

"Assalamu'alaikum abun!"

"Waalaikumsalam, kenapa nelfon?"

"Jahat banget pertanyaan nya, masa kangen ibu sendiri gak boleh...,"

"Kamu bisa kangen Abun juga rupanya," Nada bicara Santika terdengar seperti mengejek. Putri yang mendengar itu mendengus.

"Kabar baik kan?"

"Alhamdulillah baik tanpa kamu,"

"Roasting aja terus," Kini suara kekehan terdengar di seberang.

"Bercanda, Abun sama Yayah baik kok, kamu sama Asa gimana? Udah ada niatan bikin momongan belum?"

"Apa sih Abun, eh bun ... Putri tutup telfon nya dulu ya, cucian Putri lupa di bilas."

"Astaghfirullah kamu ini, yaudah sana."

Telfon pun mati. Putri menatap lurus kedepan tanpa berniat meninggalkan ponsel itu dari telinga nya.

"Asa ... Mana, Asa, beda, BEDA!" Awan berdiri di depan meja makan atau depan Putri. Tetapi setelah mengucapkan kata itu, dia mengacak rambutnya frustasi lalu mundur ke belakang hingga punggung nya terbentur oleh dinding.

Putri juga ikutan panik, ia mencoba mendekat ke arah Awan, tapi Awan semakin menjauh. Awan semakin mundur, tetapi laki-laki itu sudah  terbentur oleh dinding. Akhirnya dia duduk dan merikuk sambil menutup wajah nya dan memanggil nama Asa.

"Asa, Asa, beda, mana, Asa ... takut, takut, Asa,"

Putri semakin mendekat, "dek Awan...,"

Awan kembali bergumam, "bukan, menjauh, jauh, Asa, takut, mana, Asa,"

Putri tidak tahu lagi ingin melakukan apa, di mengingat-ingat tentang materi perkuliahan nya tentang anak yang memiliki kelebihan yang

Tapi yang teringat adalah ucapan Asa tadi pagi, "Oh, kalau ada apa-apa, sebut nama panjangnya."

"Awana Jalaska."

Awan menoleh kearah Putri dengan tatapan takut nya, Putri akhirnya mengerti apa yang di maksud oleh Asa sekarang.

Putri pun mendekat saat di rasa Awan hampir tenang, ia mengelus perlahan rambut lembut dan wangi milik Awan.

"Takut, siapa, Asa, mana, kamu ... siapa,"

"Halo Awan, aku Putri, nama kamu Awan 'kan? Di panggil siapa? Awan?"

Awan menggeleng dengan sekuat tenaga, rasa takut masih menghampiri laki-laki itu.

"Wawan ... Asa, adik, Asa, kandung,"

"Oh gitu ... Wawan ngapain keluar kamar? Nyari Kakak Asa?" Tanya Putri yang setia mengelus rambut hitam milik Awan. Awan menganggukkan kepala nya dengan semangat.

"Ini Awan punya tenaga dalem apa gimana? Kuat bangt ngantuk nya," Ucap Putri dalam  hati.

"Mana ... Asa, mana kak,"

"Kak Asa lagi kerja, Wawan tau kerja 'kan?" Tanya Putri dengan lembut.

"Tau, wan, tau, iya, tau,"

"Pinter! ayo masuk ke kamar Wan, ayo. Nanti kalau kak Asa pulang, Wawan gak di kasih susu lagi,"

Another Side My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang