"Assalamu'alaikum Abun!" Pintu rumah bercat hijau itu terbuka dan terlihat Abun nya yang sudah cantik dengan balutan jilbab berwarna maroon.
"Waalaikumsalam, eh kalian ... Ayo masuk dulu!" Putri maupun Asa masuk kedalam rumah, lalu duduk di salah satu sofa.
"Kalian kok tiba-tiba banget kesini, gak bilang dulu, kan Abun jadi gak bisa nyiapin apa-apa."
"Gak papa Bun," Jawab Asa.
"MasyaAllah Asa suara nya merdu banget ya, Abun pengen denger kamu ngaji jadi nya," Asa tersenyum kikuk membalas ucapan Abun nya.
"Siapa bun?" Suara berat terdengar dari tangga.
"Ini Asa sama Putri dateng," Ayahnya Putri turun, lalu ikut duduk di depan Asa dan Putri.
"Kalian ngobrol dulu ya, Abun tadi bikin salad buah, mau Abun lanjutin," Kata Abun. Putri bangun dari duduk nya.
"Ikut!" Putri dan Abun nya pergi ke dapur untuk melanjutkan salad buah yang tadi tidak sempat di lanjutkan.
Dan kini hanya tersisa Asa dan juga Opang—yayah Putri—mereka diam dan tidak ada yang membuka pembicaraan, bisa dibilang ini canggung.
"Sa, telur apa yang sangar?" Tanya Opang tiba-tiba, Asa diam memikirkan jawaban nya.
"Salah, jawaban nya telur asin. Karena ada tato nya," Asa mengangguk paham mendengar jawaban Opang. Tapi seingatnya nya dia tidak menjawab pertanyaan nya, tapi kok sudah di salahkan.
"Lagi, telur asin takut nya sama apa?" Tanya Opang. Asa diam lagi memikirkan jawaban nya.
"Sama telur ayam?"
"Salah. Jawaban nya telur puyuh, karena tato nya lebih banyak," Opang tertawa terbahak-bahak, sedangkan Asa tertawa kikuk.
"Waduh lagi bahas apa ini? Sampai ketawa-ketawa," Santika datang dengan nampan berisikan salad buah dan juga Putri yang mengikuti Abun nya dari belakang.
"Gak bahas apa-apa. Put, suami mu ini punya humor yang jelek banget,"
"Hahahaha emang Yayah kasih tebakan apa?" Tanya Putri.
"Yayah tanya telur apa yang sangar, dia gak tau," Bisa Putri lihat bahwa Asa sedang malu sekarang.
"Kak Asa menag gitu yah, kak makan dulu salad buah nya," Asa mengangguk sembari menerima salad buah dari Putri.
"Kalian gak ada rencana buat nginep?" Putri menggeleng.
"Nggak bun, besok kak Asa harus kerja, aku juga besok kuliah."
Abun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Putri dan Asa sibuk menikmati salad buah, walau sebenarnya Putri kurang suka.
"Kalau buat momongan, udah kepikiran belum?" Mendengar pertanyaan itu, Asa dan Putri tersedak secara bersamaan. Sedangkan Opang dan Santika hanya melemparkan senyum satu sama lain.
"Belum ada kepikiran, astaghfirullah pertanyaan nya itu loh bikin aku kesedak, minum kak," Putri menyerahkan air yang Putri tidak sadar sudah di minum oleh nya, kepada Asa. Mana Asa hanya iya-iya saja dan meminum air tersebut.
===
"Langsung pulang kak?" Kini Putri dan Asa sudah berada di dalam mobil, wacana nya langsung pulang kerumah, tapi Asa malah putar arah.
"Nggak, main-main dulu," Kata Asa. Putri bingung, main-main kemana yang di maksud oleh Asa.
"Kemana kak?"
"Ketemu Jaka."
"Jaka itu sepupu lo 'kan kak?" Asa mengangguk, lalu menggeleng setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side My Husband
FanfictionPutri yang bertekad hijrah dimulai dengan les mengaji kepada ustadz Kamal. Eh malah nikah sama anak nya ustadz Kamal yang dingin nya melebihi kutub utara. Yang membuat Putri terkejut adalah anak nya ustadz Kamal ini suka berkeliaran di dunia malam...