Sabtu Kelabu

902 60 1
                                    


Hari ini adalah hari Sabtu. Hari yang semestinya milik Jo. Tak ada telepon atau pesan dari Javier. Hatinya terasa tidak nyaman. Dalam dirinya Jo selalu menahan untuk tidak menghubungi Javier terlebih dahulu, karena takut mengganggu. Untuk mengobati suasana hatinya yang tidak nyaman, Jo pergi ke green house tempatnya menanam paprika. Hari ini dia seakan ingin menghabiskan paprika di green housenya.

Jo masuk ke dalam green house yang berisi pohon paprika merambat tinggi menjulang dengan buah paprika yang mulai memerah. Besok adalah hari memanen, hari ini Jo ke sana hanya untuk menenangkan pikirannya.

Tak ada petani asuhannya yang bekerja. Hanya ada dirinya, paprika dan gemercik suara air yang menyirami pepohonan.

Jo berhenti di salah satu pohon, di tengah green house. Sebuah paprika yang terlihat lebih kecil dari paprika lainnya. Berbeda dan sendri. Paprika itu tidak akan bisa masuk ke supermarket karena ukurannya yang jauh dari ukuran standar.

Paprika itu seperti dirinya saat ini. Dibandingkan Mary, dia hanya sebuah paprika kecil yang akan didatangi sang pemilik jika dibutuhkan. Sebuah analogi yang tidak sinkron, tapi yah seperti itulah perasaan Jo saat ini.

Jo menggenggam paprika kecil itu lalu berkata, "Apakah Javier sudah bosan padaku? Hari ini seharusnya kita bersama, tapi sampai siang ini dia tidak muncul dan tidak ada kabar. Mungkin dia sedang berkumpul dengan keluarganya dan tidak ingin diganggu?"

Semakin dia melanjutkan kalimat yang diarangkai sendiri itu, hatinya semakin terasa sakit. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Paprika kecil, aku hanya seorang pengganggu. Benalu di antara pepohonan. Aku bahkan tidak pantas untuk meminta Javier ada di sini bersamaku. Tapi aku merindukannya," suara Jo semakin tercekat.

Perlahan Jo meraih ponselnya, tangannya semakin gatal untuk menelepon Javier. Dia selalu takut untuk menelpon duluan. Dia takut mendengar sesuatu yang tidak ingin didengar. Sesuatu yang apabila didengar akan semakin menyakiti hatinya.

Tapi jarinya sedang tak sejalan dengan hatinya. Jari itu sudah menekan tombol menelepon.

***Di seberang sana, ponsel Javier tergeletak di atas meja. Ponsel itu menyala dan ada panggilan masuk dari Malaikat Pelindung. Tapi Javier sedang tidak berada dekat ponselnya.

Saat ini Javier sedang berada di kamar Ivy. Apakah Javier lupa akan hari sabtunya bersama Jo? Tentu tidak. Pagi tadi saat dia hendak berangkat menuju Desa Forks, Ivy terjatuh dari tangga dan itu yang menghentikan Javier untuk pergi.

Kaki Ivy terkilir, dokter sudah menanganinya tapi Ivy tidak ingin ditinggal ayahnya. Kejadian tak terduga itu membuat Javier sempat panik dan lupa untuk mengabari Jo.

Mary yang melewati meja dimana ponsel suaminya tergeletak, melihat ponsel itu menyala. Melihat layar ponsel yang menyala dan bergetar, Mary meraih ponsel itu untuk memberikannya pada Javier.

Tapi saat melihat nama Malaikat Pelindung, Mary tahu itu adalah panggilan dari Jo. Dia ingat Ivy menyebut Jo sebagai Malaikat Pelindungnya.

Amarah Mary kembali bergejolak, namun dia tahan. Dia masukkan ponsel itu ke dalam saku celananya dengan terlebih dahulu mengangkat sambungan teleponnya.

Jo mulai sumringah mengetahui teleponnya diangkat. "Halo? Sayang?"

Mary masuk ke dalam kamar Ivy dengan semangkuk strawberry kesukaannya. "Siapa yang ingin strawberry?" teriak Mary yang disengaja agar Jo dapat mendengar suaranya.

"Mommy! Aku! Aku!" seru Ivy dengan suara yang tak kalah melengking khas anak-anak yang kegirangan.

"Tapi kamu harus berbagi dengan Daddy ya!" Mary menyodorkan mangkuk di tangannya pada Ivy.

Cause I'M YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang