Rooftop

1K 54 1
                                    


Munich, Jerman.

Tok Tok Tok

Pintu apartemen Daniel diketuk keras dari luar. Daniel bertelanjang dada dan memakai celana pendek tengah berolahraga pagi di balkon akhirnya mendengar ketukan keras itu. Dia pun menghentikan olahraga paginya kemudian berjalan menuju pintu. Segera setelah pintu terbuka, seorang wanita berambut merah dengan wajah sedih memeluk Daniel.

"Paula, hentikan!" ucap Daniel, sambil berusaha melepaskan pelukan Paula yang begitu erat.

"Daniel, kumohon. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku sadar kalau aku terlalu egois. Aku akan memperbaiki itu," ucap Paula lirih sambil menitikan air matanya.

Daniel tertegun. Paula adalah wanita yang telah mengisi hari-harinya selama 2 tahun. Tak ada yang salah dengan Paula. Hanya saja dia terlalu posesif dan tidak mendukung hobi Daniel seperti panjat tebing, mendaki dan bepergian ke alam.

Puncaknya, saat Daniel hendak menjadi volunteer di Green Peace Australia. Daniel yang merasa terpanggil oleh alam, akhirnya memilih melepaskan Paula dan pergi ke Australia hingga dia bertemu dengan Jo yang memiliki ketertarikan yang sama dengannya.

Daniel akhirnya dapat melepaskan pelukan Paula.

"Paula, aku sudah bertunangan dan sebentar lagi aku akan menikah," kata Daniel.Paula menggeleng dan menghapus air matanya. "Daniel, benarkah kau sudah bisa melupakanku semudah itu?"

Daniel menatap Paula. "Maafkan aku, Paula."

Paula pun pergi dari apartemen Daniel dengan perasaan yang sakit dan frustasi. Baginya, Daniel adalah segalanya.***Daniel kembali ke apartemen malam hari, setelah dia pulang dari kantornya. Dia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan pikirannya melayang pada Jo di Amerika. Daniel merogoh sakunya mengeluarkan ponsel dan hendak menelepon tunangannya. Belum sempat dia menelepon Jo, sebuah video call masuk. Video call dari Paula.

Daniel menghela nafas, lalu membuka video call itu dan terlihat Paula yang nampak amat sangat kacau. Matanya bengkak karena menangis. Daniel mulai khawatir pada mantan kekasihnya itu.

"Paula..."

Belum sempat Daniel meneruskan kalimatnya, Paula pun langsung menyela. "Daniel, aku tidak bisa hidup tanpamu. Maka aku tidak akan hidup."

Daniel menatap tajam dan alarm peringatan di otaknya mulai berbunyi. "Paula, apa yang akan kau lakukan?"

Paula kemudian mengeluarkan sebuah botol berisi pil anti depresi. Kemudian Paula mengeluarkan semua pil dari botol itu ke atas telapak tangannya. Pil sebanyak itu tentu bukan untuk mengobrati depresinya.

Daniel segera berdiri. "Paula, hentikan sekarang juga!"

Paula tidak mendengarkan, kemudian dia pun memasukkan semua pil di genggamannya ke dalam mulutnya dan meminum air putih dari gelas yang sudah dia persiapkan. Tak menunggu lama, Daniel segera berlari menuju apartemen Paula yang berjarak beberapa blok dari apartemennya.

Sesampainya di apartemen Paula, Daniel segera mendobrak pintu dan masuk untuk mencari dimana Paula berada. Saat dia memasuki kamar mandi, Daniel melihat Paula tergeletak dengan mulut berbusa.

"Paula!" Daniel segera mengangkat tubuh Paula dan membawanya ke rumah sakit.

Akhirnya Daniel dapat bernafas lega, setelah Paula berhasil ditangani oleh tim medis. Daniel duduk di samping Paula yang nampak terpejam. Daniel mengurut dahinya karena pusing. Tidak dapat dipungkiri, hubungan yang terjalin selama 2 tahun membuat Paula sudah menjadi bagian dari hidupnya.

Perlahan, Paula membuka matanya. Dia kembali menangis saat melihat Daniel berada di sampingnya. Daniel kemudian memegang tangan Paula dan menenangkannya.

Cause I'M YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang