Without You

1.2K 79 1
                                    


Javier kini mulai menjalani hari-harinya tanpa Jo yang mana hal itu sangat menyiksanya. Hidupnya kembali terasa hampa. Pernikahannya dengan Mary pun sudah tak bisa dipulihkan kembali. Mary kembali menjadi seorang istri dan ibu yang sibuk dengan jabatannya sebagai seorang ketua yayasan sosial. Namun dia sudah terbiasa dan sudah menikmati untuk menyisihkan satu hari dalam seminggu untuk Ivy. Setidaknya dia berubah untuk Ivy.

Mary masih belum menerima bahwa cinta Javier tidak bisa dia miliki, meski dengan berbagai cara telah dia lakukan. Paling penting baginya saat ini, raganya hanya untuk dirinya dan Javier tetap memegang teguh komitmen pernikahannya.

Tak berbeda dengan Jo, kini dia mulai menata kembali hidupnya tanpa Javier. Elena sudah tahu dengan apa yang terjadi. Hubungan gelap dengan seseorang yang telah menikah tidak akan pernah berakhir bahagia. Meski jauh dalam lubuk hatinya, rasa rindu terus menggerus jiwanya setiap malam. Terlebih jika hari sudah menginjak hari Sabtu.

Jo duduk di meja belajarnya dan membuka laptop. Dia mencari suatu alasan agar dia bisa pergi dari Philadelphia untuk sementara waktu sampai luka di hatinya pulih. Sampai matanya mendapatkan sesuatu yang menarik perhatian. Sebuah laman berisi pencarian volunteer untuk pemulihan hutan pasca kebakaran besar di Australia yang dimotori oleh sebuah yayasan Green Peace Australia.

"Sasha Trump? Istri dari Alexander Trump?" gumam Jo saat membaca profil dari pemilik yayasan Green Peace Autralia. "Baiklah, aku akan mendaftar."***

"Apa? Kau akan pergi ke Australia?" suara Bibi Ema terdengar dari arah dapur.

"Iya, Bi!" jawab Jo yang duduk di meja makan sambil menikmati sandwich yang dia buat.

Tak lama Bibi Ema datang dengan secangkir teh susu di tangannya kemudian duduk di hadapan keponakannya.

"Untuk berapa lama?" tanya Bibi Ema.

Jo mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tahu Bi. Yah, mungkin sampai hutan di Australia pulih kembali. Satu tahun atau dua tahun?"

"Uhuk! Uhuk!" Bibi Ema tersedak tehnya.

"Ya ampun!" Jo menggosok-gosok punggung Bibi Ema.

"Apa karena di sini sudah tidak ada hutan, makanya kau mencari hutan lain?" Bibi Ema meninggikan volume suaranya. "Apa karena kau putus dengan pacarmu?"

"Uhuk! Uhuk!" kini Jo yang tersedak sandwichnya.

Jo meraih gelasnya dan meminum air untuk meredakan tenggorokannya.

"Ayolah Bi, izinkan aku mengeksplorasi usia mudaku yang tidak akan datang dua kali! Aku ingin berbuat banyak untuk lingkungan selama aku hidup. Kalau bukan aku, kita semua, siapa lagi yang akan menjaga alam ini?" ujar Jo mulai mengalihkan perhatian Bibi Ema dari anggapannya pergi karena masalah percintaannya. Meskipun anggapan Bibi Ema ada benarnya.

"Kalau masih ada orang lain, kenapa harus kamu?" Bibi Ema membalikkan perkataan Jo.

Jo tertawa mendengar Bibi Ema. "Hahaha! Ada-ada saja!"

Bibi Ema memandang Jo yang tertawa dengan wajah seriusnya. "Kau sudah berusia tigapuluh tahun. Bagaimana kalau kau menikah dan membangun keluarga?"

Jo semakin tertawa dibuatnya. "Hahahaha!"

Baru saja dirinya putus cinta, mana mungkin pernikahan terlintas di kepalanya. Bibinya ini memang epic!

Bibi Ema menghea nafas. "Baiklah, kau memang keras kepala. Bibi tidak akan melarangmu. Dengan catatan, kau harus mengabariku setiap hari agar aku tidak merasa kehilanganmu."

Jo memeluk bibinya dengan erat. "Kau tidak akan pernah kehilanganku, bibiku yang seksi dan cantik!"

Bibi Ema terkekeh mendengarnya. "Hah! Dasar!"

Jo sudah melahap habis sarapannya. Kini saatnya dia kembali bekerja menuju rumah kaca. Dalam perjalanan menuju rumah kaca, bayangan Javier masih menemaninya. Kawasan hutan yang kini sudah mulai ditebang banyak menyimpan cerita cintanya. Jo berjalan melewati villa del phia yang tak berpenghuni.

Kunci villa itu menyatu dengan kunci apartemen yang Jo serahkan pada Javier. Air mata masih mengalir saat dia teringat akan sosok lelaki yang dicintainya. Lelaki bermata biru dan berjambang halus yang aroma tubuhnya begitu memabukkan dirinya saat berada dalam pelukan. Kini, dia kehilangan sosok itu selamanya.

***"Are you really Jo?" Patrick menatap Jo dengan serius.

Jo mengangguk dan membalas tatapan Patrick. "Aku percayakan bisnis ini padamu."

Mereka berdua kembali berjalan menyusuri rumah kaca.

"Aku akan meneruskan misiku untuk lingkungan," ujar Jo.

"Aku jadi penasaran, apakah dulu kau dilahirkan di dalam hutan?" oceh Patrick.

Jo mengaitkan lengannya pada leher Patrick. "Kau pikir aku tarzan!"

"Hahaha!"

Jo melepaskan Patrcik. "Satu lagi, aku ingin kau membantu Bibi Ema untukku. Bantu dia membuka dan menutup rukonya setiap pagi dan sore. Hubungi aku jika Bibi Ema sakit."

"Kau tidak perlu menyuruhku untuk melakukannya. Bibi Ema sudah seperti bibiku sendiri!"

"Thank's!"

"Bagaimana dengan pabrik itu?"

Mendengar soal pabrik, Jo teringat Javier. "Kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Kita awasi saja. Jika pabrik itu membuang limbah ke sungai, kita tuntut. Jika tidak, biarkan pabrik itu berjalan untuk masyarakat yang membutuhkan lapangan kerja baru."

Patrick mengangguk. "Baiklah."

Jo meninggalkan Patrick kemudian masuk ke dalam mobilnya dan pergi ke pusat kota untuk membeli perlengkapan di Walmart. Jo mengemudi dengan tenang sampai mobilnya memasuki jalanan kota Philadelphia, jantungnya berdegup dan nafasnya tersenggal seakan dia akan bertemu dengan Javier. Mobilnya berhenti saat lampu merah menyala.

Para pejalan kaki mulai terlihat menyebrang. Tiba-tiba mata Jo terbelalak saat melihat seorang lelaki yang berjalan dengan membawa di antara kerumunan para penyebrang. Lelaki itu adalah lelaki yang merekam videonya saat berada dalam situasi penyekapan. Lelaki itu menyebrang kemudian masuk ke dalam sebuah mobil yang terparkir di ujung jalan.

Lampu hijau pun menyala mobil yang dinaiki lelaki itu melaju. Jo pun dengan cepat mengikuti mobil itu.

"Aku harus tahu siapa dia," gumam Jo.

Jo terus mengikuti sampai mobil itu masuk ke area sebuah hotel. Setelah lelaki itu keluar dari mobilnya, dia masuk. Jo segera memakai kacamata hitamnya dari dalam dashboard dan mengikutinya diam-diam. Jo terus mengikuti lelaki itu sampai lelaki itu berhenti di salah satu pintu kamar hotel. Jo mengintip dari balik tembok di ujung jalan.

Setelah lelaki itu mengetuk pintu, tak lama pintu pun terbuka dan seorang wanita keluar kemudian memeluk lelaki itu dengan mesra. Jo tidak dapat melihat dengan jelas siapa wanita yang memeluknya sampai wanita itu mencium lelaki itu.

Wajah wanita itu terlihat dengan jelas meski Jo menatapnya dari kejauhan. Jo terkejut saat mengenali wajah wanita itu. Mereka berdua masih terus berciuman sampai mereka masuk ke dalam kamar hotelnya.

"Mary?" Jo tidak percaya dengan apa yang barusan dilihatnya.

Jo tahu bahwa Mary menjadi dalang dari penculikannya dan lelaki yang tadi diikutinya adalah salah seorang yang menculiknya. Namun Jo lebih kaget saat melihat mereka berciuman mesra. Di saat Jo patah hati karena Javier memilih Mary dan keluarganya, ternyata Mary pun mengkhianati Javier.

Hal itu dirasa tidak adil, tapi dia telah memutuskan dalam hatinya. Dia tidak akan mengatakan pada Javier soal perselingkuhan Mary. Dia akan membiarkan Javier dan Mary bersama dan dia tidak akan kembali pada Javier.

"Kini saatnya aku memulai hidup tanpamu, Javier," gumam Jo seraya pergi dari tempat itu.

- Chapter 1 Selesai

Cause I'M YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang