Main Cantik

1.4K 68 1
                                    

Mary masuk ke dalam rumahnya yang sudah terlihat sepi. Dia tatap jam di dinding dan waktu menunjukkan pukul sepuluh malam.

Air matanya sudah berhenti. Sebelum masuk ke dalam kamarnya, Mary membuka pintu kamar Ivy sedikit untuk mengecek apakah Ivy sudah tidur atau belum.

Ivy terlihat sudah terlelap di balik selimutnya. Mary pun menutup kembali pintu kamar putrinya dan beranjak menuju kamarnya. Javier tengah duduk di atas ranjang dengan laptop yang menyala seperti biasa.

Gejolak di dalam hatinya semakin membuncah. Namun dia ragu untuk meluapkannya secara frontal. Akal sehatnya masih berjalan.

Jika ia marah dan menuntut meninggalkan Jo, Javier pasti tidak akan mengabulkan. Meminta cerai? Justru hal itu akan membuatnya semakin kalah.Javier yang tidak mencintainya pasti lebih memilih untuk menceraikannya daripada meninggalkan wanita itu.

"Kau sudah pulang?" tanya Javier.

Mary terhenyak. "Ya."

Lalu dia memasukkan amplop berisi foto Javier bersama Jo ke dalam jasnya dengan gerakan senatural mungkin agar Javier tidak curiga. Dia memilih mengambil cara cerdas untuk memisahkan Javier dan Jo.

Mary masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi dan mengharumkan badannya sekaligus menghapus jejak Alfonso di tubuhnya. Setelah selesai mandi dan mengeringkan rambut, Mary mengenakan langerie berwarna hitam sexy yang mengekspos bagian tertentu tubuhnya.Mary menatap cermin. "Aku akan lakukan cara yang cerdas sebagai seorang wanita."

Dia pun keluar dari kamar mandi. Javier meletakkan laptopnya dan bersiap untuk tidur. Mary semakin mendekat dan mulai mendapatkan perhatian dari suaminya.

Javier terlihat kaget melihat Mary berpenampilan sexy seperti itu. Perlahan Mary naik ke atas ranjangnya dan bergerak secara sensual menuju Javier.

Saat seperti ini adalah saat yang paling membuat Javier dilema. Dia mencintai Jo dan tak ingin menyakitinya, tapi dia tidak dapat menolak Mary.

Javier adalah seorang suami yang menghormati Mary sebagai istrinya. Selama ini dia selalu memberikan Mary hak-haknya termasuk hak biologisnya. Malam ini sepertinya Mary tengah menuntut haknya.

Javier memasang muka lelah untuk mencari alasan menghindar. "Mary, sepertinya aku le.."

"Sshhh!" Mary menempelkan telunjuknya ke atas bibir Javier. "Biar aku yang melayanimu."

Mary tahu Javier tidak pernah mencintainya, tapi dia adalah lelaki normal. Lelaki normal akan selalu siap bertanding apabila diberi rangsangan.

Begitulah dia selama ini. Hanya Mary yang akan memulai dan memberi. Namun kali ini Mary akan melayani dengan lebih demi memuaskan Javier.

Aku akan membuatmu mencintaiku dan meninggalkan wanita itu dengan sendirinya.

***Javier terbangun dengan perasaan aneh. Semalam dia merasakan kepuasan luar biasa yang jarang dia rasakan bersama Mary. Kepuasan seperti itu biasanya dia dapatkan dari Jo karena perasaan cintanya.

Javier berbalik ke samping kirinya. Di sampingnya, Mary sudah tidak ada. Dia pun mulai bersiap-siap untuk berangkat kerja.

Setelah siap, Javier turun menuju ruang makan dan di sana terlihat Mary yang tengah menyiapkan sarapan untuk Javier dan putrinya.

"Hai sayang!" kata Mary, menyambut kedatangan suaminya. "Tidurmu nyenyak?"

Javier duduk di kursinya. "Ya."

"Pagi Daddy!" teriak Ivy yang sudah siap untuk berangkat sekolah.

Javier mencium pipi Ivy setelah Ivy sampai di hadapannya. Kemudian Ivy duduk di kursi samping kanan ayahnya.

"Ini sarapanmu cantik!" kata Mary lalu menyodorkan seporsi telur orak-arik kesukaan Ivy.

"Thank you Mommy!" seru Ivy dengan ceria. Ivy sangat senang ibunya menyiapkan sarapan untuknya.

Perhatian yang sangat jarang diberikan Mary pada Ivy, membuat Ivy merasakan kebahagiaan sekalinya mendapat perhatian itu.

Javier masih merasa aneh. Kenapa dia berubah tiba-tiba? Apa ada maksud lain?

"Ivy, hari ini Mommy antar kamu ke sekolah ya?" tawar Mary pada Ivy.

Ivy mengangguk keras tanda setuju.

"Apa akan ada wartawan lagi?" tanya Javier seketika. Perilaku aneh dari Mary ini mengingatkannya pada insiden wartawan yang memasang foto Ivy tanpa sepengetahuannya.

"Tidak. Aku benar-benar ingin mengantar Ivy. Aku sadar selama ini aku bukan istri dan ibu yang baik, aku akan memperbaikinya," jawab Mary dengan senyuman tulusnya sambil menggenggam.

Javier meneguk kopinya dengan perasaan berdosa setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Mary. Ketulusan Mary itu akan dia khianati dengan perselingkuhan dirinya dengan Jo. Jo adalah cintanya, tak pernah terbersit sedikit pun niatan untuk berpisah darinya.

***Javier masuk ke dalam ruang kerjanya dan di sana sudah ada Tom.

"Pagi Tom!" sapa Javier sambil berjalan menuju kursinya.

"Pagi Tuan!" balas Tom.

"Tom, apakah menurutmu wanita yang sikapnya berubah itu selalu ada maunya?" tanya Javier setelah duduk di meja kerjanya.

Tom terdiam dan merasa aneh dengan pertanyaan tuannya itu.

"Sepertinya tidak selalu begitu, Tuan. Memangnya ada apa?" kata Tom.

"Mary terlihat berbeda hari ini. Ya, dia memang tipe orang yang akan menjadi baik ketika dia menginginkan sesuatu, tapi kali ini rasanya berbeda. Dia sepertinya benar-benar akan berubah menjadi ibu yang baik untuk Ivy."

Tom tersenyum. "Bukankah itu bagus Tuan?"

"Ya, bagus," jawab Javier tapi setelah itu dia terdiam.

Tidak adil rasanya jika Mary benar-benar sudah berubah, tapi Javier masih tetap berselingkuh. Ya, meskipun dia masih belum merasakan cinta seperti yang dia rasakan terhadap Jo, tapi hal itu tetap terasa tidak etis baginya. Javier adalah sosok yang berprinsip dan berintegritas termasuk dalam urusan percintaan.

Saat jam makan siang, Mary datang ke kantor parlemen dan langsung menerobos masuk ke dalam ruang kerja Javier setelah sekertarisnya mengatakan hanya ada Javier dan Tommy di dalam sana.

"Hai, sayang!" sapa Mary pada suaminya saat masuk ke dalam ruang kerja.

"Nyonya?" kata Tom sembari menganggukan kepala sedikit sebagai tanda hormat.

"Hai, Tom! Lama sekali kita tidak berjumpa, ya!" kata Mary.

Tom tersenyum.

"Ada apa kau ke sini? Kenapa tidak menelepon?" tanya Javier setelah merapikan berkasnya.

"Aku ingin makan siang denganmu," jawab Mary. "Apa kau mau ikut Tom?"

"Ah tidak nyonya. Silahkan Anda nikmati waktu makan siangnya berdua!" kata Tom lalu melirik Javier. "Saya pamit dulu Tuan!"

Tom pun keluar dari ruangan. Mary menatap Javier lalu memberikan senyuman. "Ayo kita makan siang! Kita tidak pernah meluangkan waktu untuk makan siang bersama."

Javier menatap layar ponselnya di atas meja kerjanya. Tak ada telepon atau pesan dari Jo.

Javier berdiri dan menghampiri Mary. "Baiklah."

Mary tersenyum kemudian mengaitkan lengannya pada lengan suaminya. "Aku ingin makan di restoran Korea. Bagaimana menurutmu?"

"Terserah padamu."

Usaha Mary sepertinya mendapat sambutan baik dari suaminya. Dia akan tetap seperti itu meski tujuan utamanya adalah untuk membuat Javier semakin tidak tega terhadapnya dan kemudian meninggalkan Jo.

Inilah yang dinamakan main cantik.♤♤♤

Cause I'M YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang