You Are Mine

3.4K 93 1
                                    

"Aku tahu itu kau, Jo!" kata Javier berusaha menahan emosinya.

Tadi pagi, supir Uber bayaran Javier datang menjemput Jo. Kini mereka berada dalam apartemen rahasia yang Javier miliki di kota Philadelphia.

Jo duduk di sofa dan Javier duduk di sofa di hadapannya. Suasana terasa begitu dingin dan panas di waktu yang bersamaan. Tatapan Javier tajam dan Jo terdiam, bersiap untuk meledak.

"Semalam kau datang ke Lux kan?" tanya Javier lagi.

Jo membalas tatapan Javier dan dia tahu, dia tidak dapat menutupinya lagi dengan kebohongan lain.

"Ya. Aku datang ke pesta topeng di Lux semalam. Dan semua kecurigaanmu itu benar. Aku Anna," jawab Jo dengan darah yang bergejolak.

Javier segera berdiri dan berjalan menuju kaca jendela seperti kebiasaannya. Dia takkan mampu menghadapi emosinya maka dia harus menjauh dari kekasihnya.

"Kenapa kau membohongiku? Kenapa kau tak bilang padaku? Aku sudah mengira bahwa itu adalah dirimu. Kau tahu itu!"

Jo ikut berdiri dan berjalan, berdiri di hadapan punggung Javier, kini dia meledak. "Bilang? 

Bilanga apa? Hey, ini aku, selingkuhanmu. Di depan istrimu?"

Javier mengepalkan kedua telapak tangannya masih membelakangi Jo, dia merasakan kobaran api cemburu. Lantas cemburu itu membuatnya gelap.

"Lalu kau berpura-pura menjadi kekasih Steve dan membiarkannya menciummu?"

Jo terdiam. Dia merasakan Javier merendahkan dirinya. "Ya! Aku membiarkan Steve menciumku!"

Javier segera berbalik dan mendorong tubuh Jo hingga menempel di tembok. Kedua tangannya mengunci tubuh Jo.

"Kau itu milikku! Tak ada seorang pun yang berhak menyentuhmu selain aku! Apalagi menciummu!" Javier terlihat sangat marah.

"Aku milikmu?" bulir-bulir air mata mulai nampak di sudut mata Jo.

"Ya! Kau milikku!"

"Kalau begitu, kenapa tidak katakan saja pada semua orang kalau kau memiliki kekasih di luar pernikahanmu? Katakan pada semua orang, pegang tanganku di hadapan semua dan cium aku di hadapan banyak orang!" tantang Jo dengan segala emosi yang selama ini dia pendam.

Javier terdiam dan merasakan kesakitan yang sama dengan yang dirasakan oleh Jo. "Demi Tuhan Jo, aku pun ingin melakukannya!"

"Lalu kenapa kau tidak melakukannya?! Bukankah aku milikmu?!"

Javier menatap kedua bola mata berwarna cokelat yang tenggelam dalam air mata. Dadanya terasak sesak. Keadaan ini sangat tidak nyaman baginya.

"Aku milikmu, tapi kau bukan milikku!" tambah Jo dan air matanya sudah tak tertahankan lagi. 

"Kau tahu bagaimana perasaanku semalam melihatmu berdampingan dengan istrimu? Aku hancur! Aku begitu rendah dibandingkan dengan Mary! Tapi.. aku tidak bisa melakukan apa-apa! Aku bukan siapa-siapa bagimu!"

Javier tersadar atas ketidakadilannya pada wanita di hadapannya. Jo menangis sesegukan, segera Javier memeluk tubuh Jo dan mendekapnya erat.

Tak terasa, air mata pun mengalir di sudut mata Javier. Pertama kali dalam hidupnya, dia menangis karena seorang wanita. Hatiku hanya milikmu, Jo.

"Lepaskan! Lepaskan aku!" Jo meronta dalam pelukan Javier, tapi tenaganya kalah.Dia terus membasahi kemeja Javier dengan air matanya, begitu lama hingga akhirnya dia puas menangis dan berhenti.

Javier menyeka air matanya, lalu melepaskan pelukannya dan menatap Jo yang sembab. Javier menyeka air mata Jo.

"Maafkan aku," ucap Javier. "Maafkan aku karena aku tidak tahu penderitaanmu."

Jo menatap Javier. Setelah segala rasa sakit yang dialaminya, dia masih mencintai lelaki di hadapannya itu. Hanya satu yang ingin dia lakukan saat ini pada Javier. Jo mencium bibir Javier dengan segala hasratnya.

Javier membalas ciuman itu dengan hasrat yang sama. Tak butuh waktu lama untuk Javier mengangkat tubuh Jo dan membawanya masuk ke dalam kamar tidur utama.

Bercinta setelah bertengkar memiliki sensasi tersendiri yang membuat mereka hanyut bagaikan di awang-awang. Setiap sentuhan lembut yang dilakukan Javier pada Jo, membuatnya terlena. Desahan halus membisiki telinga Javier, membuatnya semakin bergairah.

Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu. Javier dalam hati.

Aku ingin seperti ini selamanya. Jo dalam hati.

Kali ini mereka melakukannya lebih lama dengan level kenikmatan yang lebih tinggi dari biasanya.

Javier mendekap tubuh Jo dalam suasana hati yang seribu kali lebih baik dari sebelumnya. "Jangan pernah mendekati Steve lagi."

Jo mendongak. "Dia rekan bisnisku."

"Suruh saja Patrick yang berinteraksi dengannya. Kau menjauhlah dari tempat itu."

Jo terkekeh. "Cemburumu seperti seorang diktator, Tuan Senator!"

"Dia jelas-jelas menginginkanmu. Sekali lagi dia menyentuhmu, maka dia akan hancur."

Jo mengangkat kepala dan mengernyitkan dahinya. "Okay! Okay!"

Javier melebarkan kedua bola mata berwarna biru miliknya. "Dan sekarang kau membelanya?"

"Membela?"

"Kau tidak ingin Steve hancur olehku?"

Jo menepuk dahinya. "Oh God! Bukan begitu! Aku tidak mau kau berurusan dengan hal yang tidak perlu. Tetaplah menjadi senator, bukan kriminal!"

Javier terkekeh, lalu kembali memeluk Jo hangat. Hah! Cemburu itu melelahkan! Aku tidak suka!

"Malam ini aku ingin tidur denganmu," kata Javier setelah lama hening.

"Baru saja kau sudah meniduriku."

"Maksudku, tidur dalam artian yang sebenarnya."

Jo tertawa renyah. "Haha ya, aku tahu."

"Aku ingin merasakan tidur dengan penuh cinta."

"Kau tidak pulang?" tanya Jo dengan perasaan tidak enak saat menanyakannya.

Javier tersenyum. "Aku sudah pulang. Kau adalah tempatku untuk pulang."

"Bagaimana dengan Ivy?"

"Nany akan mengurusnya."

Jo agak ragu untuk bertanya lagi, tapi dia harus bertanya. "Bagaimana dengan Mary?"

Javier bergerak, lalu mengeratkan pelukannya pada Jo sebagai jawaban. Meski tak mendapat jawaban, Jo tidak meneruskan pertanyaannya.

Cinta ini menyuguhkan surga dan neraka dalam waktu yang bersamaan. Jangan pernah terbius untuk terjebak dalam cinta yang seperti ini.

Setelah cinta itu bercokol sangat dalam, takkan ada jalan kembali. Kalau pun ada, maka jalan itu akan terasa sangat menyakitkan.***Hari masih siang, mengingat Javier menjemput Jo dengan supir bayaran nya terlalu pagi dari biasanya tadi. Setelah mandi dan berganti pakaian, Javier kini tengah mengendarai mobilnya menuju keluar kota Philadelphia bersama Jo di sampingnya.

"Kita mau ke mana?" tanya Jo.

"Aku ingin mengajakmu pergi jauh dari Philadelphia dan merasakan kebebasan," kata Javier menoleh sesaat lalu tersenyum.

Jo tersenyum dan tak dapat menduga apa yang akan terjadi selanjutnya. Tuan Senator, kau penuh kejutan hari ini. Aku baru tahu ternyata kau pencemburu. Rasa cemburumu itu membuktikan rasa cintamu padaku. Aku senang, tapi aku tidak akan banyak berharap darimu. Aku belum siap untuk pergi darimu.

Javier akan memberikan apa yang dibutuhkan oleh Jo dan dirinya. Kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan menjalani hubungan dengan normal seperti pasangan lainnya.Satu-satunya cara agar mereka dapat melakukannya dengan tenang adalah dengan pergi jauh, keluar dari Philadelphia, meski hanya untuk sementara.

Cause I'M YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang