Mau Berteman?

2.2K 146 1
                                    

Javier bangun setelah alarmnya berbunyi. Jo terlihat masih tertidur di ranjangnya. Dia pun segera membersihkan dirinya di kamar mandi dan turun ke kafetaria rumah sakit untuk sarapan.

Sebuah wafle dan secangkir kopi hangat terasa sangat nikmat pagi ini. Javier menikmati sarapan sambil menelpon Tom.

"Bagaimana Tom?" tanya Javier dengan headset bluetooth yang terpasang di telinga kanannya.

"Aku sudah memeriksa semuanya dan sepertinya kecelekaan kemarin itu murni sebuah kecelakaan biasa Tuan. Tidak ada unsur kesengajaan di sana," jawab Tom di seberang sana.

Javier bernafas lega. "Baiklah, semoga tidak ada kecelakaan seperti itu lagi."

"Apa Anda mau saya menyewa bodyguard untuk menjaga Ivy?" tawar Tom.

"Tidak. Tidak perlu. Baiklah Tom, sampai jumpa di kantor."

"Baik Tuan."

Javier menutup sambungan telepon bertepatan dengan selesainya sarapan. Saat kembali ke kamar, Jo sudah terbangun dan sudah terlihat lebih baik.

"Hai," sapa Javier seraya duduk di kursi samping ranjang Jo.

Jo tersenyum. "Hai."

"Bagaimana kepalamu?"

"Sudah tidak sesakit kemarin."

"Sekarang aku mengerti kenapa Ivy menyebutmu malaikat pelindungnya. Ternyata memang benar."

Jo terkekeh. "Haha.. aku dan Ivy seperti sudah terikat satu sama lain."

Javier terkekeh mendengarnya. "Ya, sepertinya begitu."

TOK TOK

Seorang pekerja rumah sakit datang membawakan sarapan untuk pasien. Dengan sigap, Javier meraih nampan yang berisi bubur tiram dan jus buah.

Dia menekan tombol di bawah ranjang dan kepala Jo pun terangkat. Setelah posisinya terlihat nyaman, Javier pun kembali duduk di samping ranjang dan bersiap untuk menyuapi Jo.

"Tidak usah, biar aku saja!" elak Jo berusaha meraih sendok dari tangan Javier.

"Hentikan," Javier menatap Jo tajam, membuat yang ditatap menurut.

Satu sendok melayang mendekat, dengan terpaksa dia pun membuka mulutnya.

Setelah kejadian semalam yang memalukan, sekarang aku benar-benar tidak tahu malu! Gerutu Jo dalam hati.

Javier merasakan getaran-getaran berirama dalam hatinya saat ini. Dia bahagia melakukan hal kecil seperti ini pada wanita di hadapannya itu.

"Wah! Ternyata kau kelaparan!" ucap Javier setelah mangkuk berisi bubur tiram itu kosong hanya dalam beberapa menit.

"Kau menyendoknya terlalu besar! Mulutku sampai penuh!" protes Jo.

Javier tertawa renyah lalu mengambil tisu dan menyeka sisa bubur di ujung bibir Jo. Pandangan mereka bertemu dan suasana hangat itu kembali berubah jadi aneh. Keduanya tiba-tiba merasa canggung.

"Jo!" suara Bibi Ema terdengar nyaring saat masuk ke dalam ruangan, membuyarkan kedua insan yang sedang saling menatap dengan jantung yang berderu.

"Bibi?"

Bibi Ema, Patrick dan Jacob datang untuk melihat keadaan Jo. Bibi Ema nampak sembab setelah menangis semalaman memikirkan keadaan Jo.

Javier berdiri dan mempersilahkan Bibi Ema duduk.

"Tuan Javier, kami sangat berterima kasih padamu karena sudah membantu Jo," ucap Jacob sambil meraih tangan Javier.

"Sudah kewajibanku. Jo sudah menolong putriku. Aku masih sangat berhutang budi padanya," ucap Javier sambil melirik Jo.

Cause I'M YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang