Green Peace

927 56 1
                                    

Tok Tok Tok

Jo bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan perlahan meraih gagang pintu. Hari ini adalah hari istirahat sebelum besok mereka akan pergi ke Victoria, New South Wales untuk mengevakuasi hewan-hewan di hutan yang terbakar di sana.

Di balik pintu terlihat Liz dengan tas ransel di tangannya. "Hai, aku ingin mengantarkan ini," katanya sambil menyerahkan tas ransel itu.

"Apa ini?"

"Itu isinya perlengkapan untuk besok. Jas hujan, kotak first aid kecil, masker dan rompi Green Peace yang harus dipakai besok."

Jo mengangguk.

"Baiklah, istirahat yang banyak. Besok kita akan melakukan misi yang cukup berat," kata Liz lalu dia pun pergi.

Jo kembali masuk ke dalam dan menutup pintunya. Dia menjatuhkan tubuhnya ke atas kasurnya yang empuk. Tempat yang ditempatinya sekarang adalah mes yang disediakan oleh yayasan Green Peace Australia bagi para volunteer yang berasal dari luar Australia. Liz berasal dari Hongkong, dia adalah anggota terlama sekaligus koordinator volunteer di mes.

Setelah satu bulan di sini, Jo sudah berteman dengan volunteer lainnya selain Liz dan Daniel. Di samping kamarnya ada Maya dari Indonesia, Lucy dari Inggris dan Nick dari Austria. Mereka adalah yang jarak kamarnya paling dekat dan paling banyak berinteraksi dengan Jo.

Jo menatap layar ponselnya dan tidak ada panggilan tak terjawab dari Javier setelah selama seminggu dia tidak menjawab setiap panggilan darinya. Jo membuka galeri dan foto-foto kebersamaan mereka masih tersimpan di sana. Foto itu terlalu indah untuk dihapus. Tatapan Javier yang penuh cinta dan tatapan Jo yang penuh kebahagiaan.

"Aku belum bisa menghapusmu dari hatiku, Tuan Senator. Aku mencintaimu begitu dalam," gumamnya.

Air matanya mengalir, air mata penuh kerinduan. Akan tetapi, kerinduan itu tidak dapat dia luapkan. Hal itulah yang membuatnya semakin merana.

***Rombongan volunteer Green Peace yang berjumlah tiga puluh orang sudah turun dari mobil jeep yang mereka tumpangi. Hutan seluas 5,8 juta hektar itu masih terlalu luas untuk dievakuasi oleh pasukan sebanyak 30 orang itu. Kebakaran hutan paling parah yang pernah terjadi sepanjang sejarah Australia. Bahkan api masih menyala di beberapa titik dan pemerintah pun masih terus membuat hujan buatan untuk memadamkan api.

Sebelum mulai menyebar, mereka berbaris rapi dan bersiap mendengarkan instruksi dari komandan.

Bruce berdiri tegap di hadapan para volunteer yang sudah berbaris rapi. Bruce adalah veteran tentara yang mengabdikan diri untuk alam. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, tapi tubuhnya masih bugar dan sehat.

"Baiklah, hari ini kita evakuasi hanya satu hektar lahan yang sudah padam dari kobaran api. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau kita akan menemukan titik api. Berhati-hatilah dan pakai masker kalian!" instruksi Bruce. "Target evakuasi kita hari ini adalah hewan-hewan yang masih hidup. Jika hewan itu masih kuat dan hanya kelaparan, kita berikan makanan dan biarkan mereka tetap di alam. Jika hewan itu terluka, maka dokter hewan yang ada di tiap timlah yang bekerja. Kita bekerja tim!"

Para volunteer pun segera memasang masker jenis respirator yang sudah disediakan. Bruce pun mengatur arah masing-masing tim ke mana mereka harus mencari hewan-hewan yang butuh pertolongan. Jo, Maya, Lucy, Nick dan Daniel berada dalam satu kelompok. Dalam kelompok itu, Maya adalah dokter hewan. Dia yang akan diandalkan jika mereka bertemu dengan hewan yang terluka. Semua tim pun mulai berpencar.***"Lihat itu!" seru Nick menunjuk sebuah pohon beberapa meter di hadapannya.

Mereka mendekat menuju pohon yang sudah hangus dan mereka meringis begitu melihat tubuh koala yang terbakar hangus. Hati mereka tersayat dengan kondisi alam di sekitarnya. Kebakaran itu adalah bencana alam akibat musim kemarau panjang. Bukan hanya flora yang menjadi korban, tapi fauna pun turut menjadi korban.

Cause I'M YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang