Issam pernah memikirkan apa yang dia lakukan di kehidupan sebelumnya sampai-sampai dipertemukan dengan tiga manusia yang sifatnya samar-samar. Sulit untuk didefinisikan. Tapi kehadiran mereka cukup menjadi hiburan untuk Issam, terutama Rajendra. Manusia satu itu selalu menjadi kawan debat dan ribut setiap hari.
Rajendra Fadhil memang memiliki kesabaran yang sangat tipis, terutama untuk menghadapi Issam. Sepertinya sebelum bertemu, Rajendra perlu berpuasa terlebih dahulu. Menabung kesabaran sebanyak mungkin. Sampai saat ini dia masih tidak mengerti kenapa Issam senang sekali menggodanya. Sering memancing emosi namun sering juga melakukan skinship dengannya. Meski sudah berulang kali Rajendra menghindar. Rajendra menyukai perempuan, serius. Dia masih lurus.
Beralih pada Janu Arsenio. Idaman banyak perempuan karena tubuhnya yang proporsional, terlebih jika sudah memamerkan otot-otot miliknya tanpa sengaja. Ya, meski setelahnya mendapat omelan dari sang kekasih yang tidak banyak orang tahu. Padahal mereka satu sekolah meski tidak satu angkatan. Janu juga tidak jarang menjadi sasaran kejahilan Issam, namun entah kenapa, menghadapi anak itu membuatnya harus mengeluarkan tenaga lebih. Bahasa kasarnya main tangan.
Untuk Nevan Ivander Kama. Sebenarnya cukup sulit mendeskripsikan sosok Nevan. Dia bisa menjadi partner Issam membuat kerusuhan, tapi juga terkadang bersikap diam. Paling pinter dari ke empatnya sebab dia memang sudah memiliki tujuan pasti sejak awal. Tidak goyah sama sekali.
Issam dan Rajendra sudah saling mengenal sejak masa kanak-kanak, namun terpisahkan saat sekolah dasar dan kembali dipertemukan di SMP bersama Janu dan Nevan. Namun Janu berpindah sekolah saat kelas delapan, dan mereka berempat baru bersatu kembali di SMA. Sedikit banyak drama saat ke empatnya berusaha mencari jati diri bersama, persahabatan mereka bertahan sampai sekarang.
Sepertinya penjelasan tadi sudah cukup untuk memperkenalkan empat pemuda yang kini sibuk memperdebatkan makanan apa yang akan mereka beli. Rencana untuk merayakan kemenangan Rajendra yang memperoleh poin tertinggi pada pemilihan ketua OSIS kemarin memang dirancang lebih lama. Entahlah, mereka seperti sangat yakin jika Rajendra memenangkannya.
"Beli jajanan aja elah. Cimol kek, Sempol, siomay, batagor, kacang, atau apa lah itu. Jangan makanan berat." Rajendra berbicara dengan kening berkerut, pertanda bahwa dia tengah menahan emosinya dalam-dalam.
Sudah cukup lama mereka berempat berdiri di tepi jalan tanpa tujuan, sesekali beberapa pasang mata melirik ke arah mereka. Mungkin penasaran dengan apa yang empat pemuda itu bicarakan sampai-sampai mereka terlihat emosi. Atau juga takut jika mereka bertindak kejahatan di jalanan, terlebih penampilan Janu yang cukup untuk menunjukkan kesan preman.
"Nggak bikin kenyang itu mah." Issam menolak, dia membutuhkan makanan yang menjanjikan perut.
"Kita kan mau nyantai, Sam. Kalau lo laper ya kan tinggal makan masakan nyokap lo. Kalau ngikutin perut lo ya nggak bakalan kenyang."
Issam menatap Rajendra tajam, tidak terima. Meski faktanya memang benar, dia jarang sekali merasa kenyang. Gatal untuk mengunyah sesuatu. "Geprek sama nasgor."
"Lo gila?" Kali ini Janu yang menimpali.
"Enggak, gue waras. Segitu kita sanggup kali. Biar nih anak nggak kelihatan mini-mini gini," ujar Issam mengarahkan ibu jarinya pada Rajendra.
Jika saja berada di kartun animasi, mungkin di atas kepala Rajendra sekarang sudah terlihat emot setan merah. "Maksud lo!? Nggak ada korelasinya ya monyet."
"Ya kan emang fakta." Issam kembali menjulurkan lidahnya ke arah Rajendra membuat Janu yang menyimak menghela napas pelan.
"Lo sama gue nggak jauh ya, nggak usah sok tinggi. Masih tinggian Janu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ISSAM (Lee haechan) ✔️
Teen FictionDi dalam hidupnya, Issam selalu menemukan kejutan-kejutan tidak terduga. Namun di antara kejutan itu, kenapa yang datang harus menyakitkan?