16. Bersamamu

922 103 1
                                    

Issam merasa sudah cukup lama tidak menghabiskan waktu berdua bersama Skupidupidu miliknya. Motor kesayangan yang akhir-akhir ini jarang dipakai karena Issam lebih sering diantar Abang. Setelah membeli cilot di depan sekolah, Issam membawa Skupidupidu menuju lapangan futsal. Sebenarnya Issam merasa sedikit terpaksa ketika diminta menjadi salah satu pemain futsal untuk acara ulang tahun sekolah Minggu depan. Dia memiliki tingkat kemageran yang begitu tinggi, terlebih jika tidak bersama ketiga temannya.

"Dateng juga lo."

Seorang pemain yang sudah berganti pakaian mendekat ke arah Issam, perasaan lega muncul sebab takut jika Issam benar-benar enggan menerima permintaan tersebut. Keduanya bersalaman, lantas merangkul pundak Issam untuk diajak bergabung dengan lainnya.

Pandangan Issam mengedar, ada beberapa tim lain yang juga berlatih di gedung ini. "Harus gue banget?"

"Ya emang siapa lagi? Yang lain susah diatur."

Cika. Cewek yang memang sudah sejak lama menggeluti dunia olahraga berbicara sembari melempar seragam futsal miliknya. Iya, mereka memang meminjam seragam futsal tim cewek. Cika dengan senang hati membantu teman-temannya latihan sampai nanti perlombaan. Meski sekedar antar kelas, tapi jiwa sportivitas mereka jangan pernah diragukan. Mereka memiliki ambisi yang begitu tinggi.

"Sikap lo nggak sesuai sama nama," cibir Issam.

"Sejak kapan semua dilihat dari nama? Sana! Cepet ganti baju, tinggal nunggu Eja."

Cika mendorong Issam agar segera menuju kamar mandi, dia tertawa kecil melihat Issam kesal yang berujung menggoyangkan pinggulnya.

Bukannya segera berganti baju, Issam justru berjongkok di depan toilet. Mengamati seluruh pergerakan orang-orang di lapangan sebelah. Tatapannya terhenti pada seseorang yang berada di ujung gedung, di sebelah lapangan tempatnya nanti latihan. Matanya memicing, terus memperhatikan sosok tersebut dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Sampai-sampai tanpa sadar dia berdiri, berjalan lebih dekat. Akhir-akhir ini dia merasa sosok itu selalu berada di sekitarnya. Entah orang yang sama ataupun berbeda, tapi melihat bagaimana sosok itu berdiri dan sepatu yang digunakan, dia yakin sosok itu merupakan sumber ketakutannya selama ini.

Tatapan keduanya bertemu, mereka sama-sama terdiam dengan salah satu raut wajahnya tidak bisa ditebak. Sosok dengan pakaian serba hitam tersebut menutup sebagian wajahnya.

"Wo--"

"ISSAM!"

Remaja itu tersentak, dia lantas memutar tubuh mendapati Cika yang sudah berdiri sembari berkacak pinggang. Bahkan sampai Eja sudah berganti pakaian, Cika justru menemukan Issam masih mengenakan pakaian semula. Dia mendekat dengan langkah yang dihentak-hentakkan, mencubit pinggang Issam sampai remaja itu meringis.

"Gue bilang ganti baju, kenapa masih di sini? Kita cuman dikasih waktu dua jam buat latihan di sini. Jangan nyia-nyiain waktu bisa nggak?"

Issam mengerjap, fokusnya masih belum terkumpul sepenuhnya. Dia masih memikirkan sosok yang sekarang dia lihat tidak lagi berada di sana. Issam menghela napas panjang, meminta maaf sekilas dengan senyuman paling lebar.

Dengan berat hati, Issam segera ke toilet. Dia masih merasa penasaran dengan orang yang terasa familiar tersebut. Dia yakin orang itu lah yang mengikutinya selama ini.

***

"Lagi mikirin apa sih? Serius banget kayak mikirin utang."

"Hah? Kutang?"

"Lo ngomong ngawur lagi, Skupidupidu lo gue lemparin batu."

"Enak aja!" Issam berujar sebal, dia tidak suka jika motor kesayangannya disenggol barang sedikitpun. Dia menyayangi motor itu bahkan melebihi rasa malunya sendiri. Oh Skupidupidu ...

ISSAM (Lee haechan) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang