8. Awal Drama Remaja

864 97 5
                                    

"Mending pesen ojek online aja daripada jalan gini."

Belum juga Issam dan Syamra melewati seratus meter perjalanan, salah satu dari mereka berceletuk diiringi dengan decakan. Syamra, gadis itu sangat menyesali keputusannya mengikuti saran Issam. seharusnya dia sadar dari awal kalau semua hal yang melibatkan Issam tidak ada yang benar. Syamra melirik Issam sebal, terlebih dia tidak mendapat respon memuaskan. Remaja di sampingnya hanya bergumam pelan.

"Harusnya tadi nggak minta diturunin di sana terus malah ketemu sama curut," imbuhnya sebab tidak juga mendapat balasan meski sudah beberapa menit menunggu.

"Dimana?"

"Apa?"

"Curutnya,"

"Di samping gue."

Issam yang berada di sebelah kanan Syamra beralih ke sebelah kiri, menunduk seolah tengah mencari sesuatu. Tatapannya begitu serius membuat Syamra turut berhenti, penasaran. Dia juga melihat-lihat aspal untuk menemukan sesuatu yang bahkan dia tidak tahu apa. Kini keduanya beralih ke area rerumputan pinggir jalan, berjongkok dengan pandangan ke bawah.

"Cari apa sih, Sam?"

Issam menaruh jari telunjuk di depan bibir yang sedikit mengerucut, mengundang kekehan geli dari Syamra. Jika seperti ini, Issam terlihat menggemaskan meski di usianya yang mulai memasuki pendewasaan. Sorot matanya yang biasa terlihat menyebalkan kini terlihat polos bak anak kecil.

"Di mana ya?"

Tersadar dari lamunannya, Syamra membelalakkan mata. Tidak ... apa yang baru saja dia pikirkan? Bagaimana mungkin dia memuji seseorang sejenis Issam? Itu tidak mungkin. Syamra memalingkan wajah, menahan rasa panas di kedua pipinya. Entahlah, Syamra sendiri tidak tahu apa yang dia rasakan. Lebih tepatnya, dia belum mampu memahami isi hatinya sendiri.

"Kenapa lo? Terpesona ya sama gue?"

Sepertinya Issam sudah kembali pada mode menyebalkan, anak itu justru duduk di atas rumput yang basah sehabis hujan siang tadi. Ya, saat ini sudah terbilang sore hari. Tapi karena motor Issam belum selesai diperbaiki dan kebetulan bertemu dengan Syamra, mereka berjalan dengan tujuan halte bus agar dapat pulang ke rumah.

"Idih, kepedean lo." Syamra turut duduk di sebelah Issam, mereka seolah tidak peduli dengan lalu lalang kendaraan atau orang-orang yang melewati trotoar. Entah benar-benar tidak peduli atau tidak tahu malu, berbeda tipis. "Ngapain duduk?"

"Capek cari."

"Cari apa sih? Jawab kek dari tadi, lama-lama emosi gue sama lo, biar gue bisa bantuin."

"Nyari curut yang lo maksud."

"HAH?"

Mendadak Syamra dibuat lemas dengan jawaban Issam, padahal curut yang dia maksud adalah cowok itu sendiri. Gadis itu memejamkan mata, kedua tangannya mengepal di atas lipatan kaki. Merasa dibodohi, Syamra menyerang Issam brutal. Dia mencabut rumput yang bisa digapai dan melemparnya terus-terusan ke wajah Issam. Tanpa menghindar, Issam membiarkan rumput-rumput basah itu mengenai wajahnya. Bukan enggan menghindar, melainkan masih bertanya-tanya. Memangnya apa salahnya?

Issam menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi yang masih terlihat kebingungan. "Gue salah ya?"

"ENGGAK! GUE YANG SALAH! GUE YANG SALAH,BUKAN ELO! PUAS?"

Memang benar mereka tidak tahu malu, tidak menyadari bahwa di tempat itu tidak hanya ada mereka. Ada orang lain, tuan atau puan kesepian misalnya, melempar tatapan iri meski pada dua manusia yang tengah bertengkar. Sisanya jelas melempar tatapan sinis untuk mereka berdua.

ISSAM (Lee haechan) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang