🌄 Happy Reading 🌄
Dan disinilah dia sekarang.
Dia memilih mendatangi Brittany. Wilayah barat laut Prancis berupa semenanjung berbukit yang membentang ke arah Samudra Atlantik. Salah satu wilayah yang memiliki banyak pantai dan dikelilingi perbukitan, memiliki iklim lautan yang cukup sejuk dan lembab. Jalan yang Wang Yibo tempuh mulai diapit perbukitan yang menghijau. Hamparan yang menyejukkan mata serta cuaca yang sangat mendukung.
Wang Yibo membuang sisa rokok sembarangan melalui jendela, membiarkan kacanya tetap terbuka dan menikmati angin sejuk di musim semi. Sesaat lagi matahari akan tenggelam. Saat ini ia menuju ke salah satu pantai sebelum mendatangi kamar yang ia pesan di resort tidak jauh dari pantai yang ia tuju.
Dia melirik jam tangan, bertepatan dengan langit yang begitu merah di bagian ujung lautan. Memarkir mobilnya di dekat pasir yang memanjang indah, ia turun dan berdiri sejenak. Menghirup udara pantai yang hangat namun tidak membuatnya kepanasan. Dia merasa udara di tempat itu lebih dingin dibanding Paris.
Sambil menghitung menit demi menit pergerakan matahari yang semakin turun, ia berjalan menyusuri tepian pantai yang dipenuhi bebatuan.
Pantai Boutrouilles, salah satu pantai yang memiliki suasana lebih sunyi dan tenang. Meskipun pemandangannya luar biasa indah dengan hamparan pasir putih dan air laut yang berwarna biru jernih, namun tidak banyak wisatawan yang datang ke tempat itu. Hanya musim tertentu tempat itu menjadi destinasi bagi para turis.
Hal itu yang menarik bagi Yibo, suasana pantai yang tenang dan sunyi pilihan terbaik untuk merilekskan pikiran. Dia melangkah pelan menapaki pasir putih nan lembut, melewati barisan batu-batu granit berukuran kecil yang bertebaran. Batu lebih besar nampak memanjang menjadikan pengunjung dapat berjalan di atasnya.
Langit yang merah sempurna menjadikan senja kala itu menciptakan atmosfer romantis. Suasana damai ditemani desiran ombak yang tenang sambil memandang sinar merah yang berpendar memenuhi langit. Bola raksasa itu bergerak pelan seakan ditelan samudera menjadikan suasana semakin gelap namun masih menyisakan warna merah serupa darah.
Wang Yibo duduk di salah batu granit, begitu fokus menatap pada tenggelamnya matahari. Sinar merah menyala menyinari wajah putihnya yang kontras di senja hari. Sekilas ia melirik ke atas batu granit yang memanjang, melihat pasangan yang duduk berdua menikmati sunset.
Tiba-tiba saja suasana melankolis melingkupi dirinya. Andai saja ia juga memiliki pasangan, mungkin saat ini ia tidak akan duduk sendirian menyaksikan keindahan alam yang luar biasa. Namun kini dirinya hanya menyendiri, dipenuhi lamunan dan pikiran yang berkelana.
Pemuda luar biasa seperti dirinya, yang selalu dicap sosok sempurna karena kepintaran, ketenaran dan ketampanan yang ia miliki, tetap saja tidak mampu menarik seseorang yang bisa ia jadikan pasangan hidup. Entah dirinya yang terlalu pemilih atau –
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)
RomanceTidak selamanya keindahan yang terlihat menunjukkan kedamaian. Terkadang, tersembunyi sesuatu hal yang tidak pernah terduga dibalik satu keindahan. Sebagai seorang penulis yang kadang langsung terjun untuk menjadikan tulisannya menjadi satu film, Wa...