🌄 Happy Reading 🌄
Satu purnama telah berlalu.Yibo tidak menduga setelah peristiwa di Brittany, Sean memutuskan pergi meninggalkannya. Itu pun tanpa pemberitahuan langsung padanya. Dia hanya mendapat pesan dari paman Abel.
Saat ini ia hanya duduk termenung di rumah ayahnya. Kembali pada kebiasaannya menjepit rokok di tangan. Menurut paman Abel, Sean pergi disaat dirinya masih memulihkan kondisi setelah nyaris kehilangan nyawa di laut Boutrouilles.
“Mr. Sean bilang ingin menenangkan diri,” suara paman Abel memecah keheningan di sore hari yang sunyi. Satu cangkir di tangan ia letakkan pada meja. “Menurutku, dia masih sangat terguncang dengan kejadian yang menimpa dirinya. Kenangan buruk terkurung dalam kegelapan pasti sangat mengganggu dan menghantuinya.”
“Harusnya aku bisa mendampingi dan menghiburnya,” suara lemas Yibo menanggapi.
“Dia bilang akan kembali setelah dirinya tenang.”
“Ini bahkan sudah satu bulan. Dan ia tidak ada kabar sedikitpun,” keluhan Yibo diiringi hembusan nafas berat.
“Pasti tidak mudah baginya. Tidak ada yang sanggup menerima hal besar seperti dirinya. Bersabarlah. Dia pasti kembali. Dia mencintaimu.”
Yibo memadamkan bara rokok pada asbak, dan kini mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya. Sebenarnya ia paham seperti apa perasaan Sean saat ini, ia hanya berharap bisa mendampingi dan memberinya kekuatan. Ia pun sangat merindukan kehadiran sosok manis yang kini sudah sepenuhnya memenuhi hati dan pikirannya.
Helaan nafas paman Abel kini terdengar panjang. Sekian menit ia membiarkan pemuda itu berdiam diri dan berusaha mengalihkan pembicaraan pada topik lain.
“Bagaimana filmmu? Bukankah kau harusnya mendampingi sutradara?”
“Masih awal, aku akan datang besok,” Yibo mengangkat wajahnya. Menghirup nafas dalam-dalam. Ia pun meraih cangkir yang tadi dibawakan paman Abel untuknya. Berisi kopi khas lokal yang dicintai ayahnya.
Sambil berusaha menikmati kopi, ia hanya berharap filmnya yang sekarang sesukses sebelumnya. Meskipun pihak Ferris Picture begitu bersemangat mengusung genre baru miliknya, namun ia sendiri tidak terlalu berharap banyak. Terlebih ia tidak mengubah endingnya yang sedih.
Selama satu bulan dirinya tidak bersemangat mengerjakan apapun. Pembuatan film itu terjadi atas desakan Mr. Vincent sebagai produser dan penyandang dana. Untuk itulah syuting pun dimulai setelah sebelumnya memastikan aktor dan tempat syuting yang sesuai. Memilih pantai Etretat di wilayah Normandia bagian utara Prancis sebagai latar belakang, film romantis itu pun dimulai. Kisah yang lain dari yang lain, mengusung tentang roh halus dan percintaan yang mengharukan. Namun pada akhirnya, setelah kesepakatan bersama, ending itu dibuat menggantung.
“Jadi endingnya kau ubah?” suara paman Abel membuatnya menolehkan muka.
“Hmm, awalnya aku tidak mengubahnya, toh kenyataannya Sean pergi meninggalkanku. Namun setelah keputusan bersama, kami mempertemukan tokoh utama tanpa penjelasan lebih lanjut. Yah – terkesan mereka bertemu lagi dalam kebahagiaan,” garis tipis terbentuk di bibir Yibo.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)
RomanceTidak selamanya keindahan yang terlihat menunjukkan kedamaian. Terkadang, tersembunyi sesuatu hal yang tidak pernah terduga dibalik satu keindahan. Sebagai seorang penulis yang kadang langsung terjun untuk menjadikan tulisannya menjadi satu film, Wa...