🌄 Happy Reading 🌄
Mendengar ucapan Sean, pelukan Yibo terlepas seketika.
“Apa maksudmu, Zhan?” ia memegang kedua bahu Sean, merasa kaget melihat mata bening itu mengalirkan airmata.
“Kau sedih karena aku pergi?” jemarinya mengusap lembut pipi yang basah. “Jangan menangis. Kita akan bersama selamanya.”
Sorot mata Sean mengandung emosi yang begitu rumit. Dengan genangan hangat di pelupuknya, ia menatap wajah tampan Yibo yang dipenuhi kebahagiaan. Sinar mata itu dipenuhi cinta, kerinduan dan sejuta harapan. Hatinya semakin sakit karena semua itu bukan tertuju untuknya.
“Wang Yibo, aku bukan Xiao Zhan. Bagaimana aku harus membuktikannya? Aku orang lain. Namaku Sean. Sean Xiao.”
Merasa tak sanggup menatap mata hitam Yibo, Sean tergesa memalingkan muka. Menepis pegangan si pemuda dan melangkah ke dekat jendela. Tangannya yang gemetar menghapus airmata yang kembali mengalir.
Beberapa saat Yibo masih berdiri termangu di tempat semula. Semuanya terlalu mengejutkan baginya. Kebingungan yang melanda tentang sosok Xiao Zhan yang sangat berbeda. Pengakuan pemuda manis yang diluar dugaan. Dia benar-benar dibuat tidak mengerti.
Ada apa sebenarnya?
Kalau memang yang dikatakannya benar, lalu dimana Xiao Zhan? Dan kenapa mereka begitu mirip?
Apa mungkin ada orang yang sama di dunia ini?
Atau mungkin – mereka saudara kembar?
Yibo berpaling, menatap sosok manis yang berdiri menunduk di dekat jendela. Sambil berusaha mencerna semuanya, ia melangkah pelan, menghampiri Sean yang masih tertunduk menutupi wajah dengan telapak tangan.
“Zhan,” ia masih belum bisa menghilangkan kebiasaan memanggil nama.
Kedua tangan Sean mengusap wajah yang perlahan terangkat. Menghembuskan nafas sesaat sebelum kembali berkata dengan suaranya yang sengau.
“Jangan memanggilku nama lain. Aku sudah bilang, namaku Sean, dan aku bukan kekasihmu.”
“Baiklah. Aku akan memanggil namamu,” tangan Yibo terangkat, memegangi bahu kecil Sean. “Kita bicara baik-baik. Bagaimana?”
“Sean?” ia menyentuh dagu yang masih memalingkan mukanya. “Itu namamu?” bibir Yibo membentuk senyuman. Menatap wajah yang benar-benar sama dengan Xiao Zhan.
Bagaimana ia bisa menganggap itu orang lain melihat wajah yang begitu mirip?
Yang membedakan hanya rambut. Potongannya yang sedikit panjang di bagian tengkuk, dan sedikit messy di depan. Lebih terlihat manly dibanding Xiao Zhan yang berpotongan pendek dan rapi. Yang lainnya benar-benar sama.
“Rambutmu berbeda,” Yibo menyentuh bagian rambut belakang. “Sedikit panjang. Dan ini, nampak bagus,” senyum tipisnya tersungging seraya menyisir rambut depan Sean dengan jemarinya. Lalu turun mengusap pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)
RomansaTidak selamanya keindahan yang terlihat menunjukkan kedamaian. Terkadang, tersembunyi sesuatu hal yang tidak pernah terduga dibalik satu keindahan. Sebagai seorang penulis yang kadang langsung terjun untuk menjadikan tulisannya menjadi satu film, Wa...