🌄 Happy Reading 🌄
Senyum pemuda manis itu terukir indah di bibirnya yang tipis. Matanya berkilau semakin terang, namun jika saja pemuda tampan kekasihnya itu memperhatikan, akan terlihat selarik sinar kesedihan dibalik jernihnya sepasang mata Xiao Zhan. Bahkan bibirnya setengah bergetar ketika membalas ungkapan cinta si pemuda.
“Aku juga mencintaimu, Yibo...”
Ketika melihat wajah Xiao Zhan mendekat, Yibo paham maksud kekasihnya. Ia pun menyongsong satu ciuman yang terjalin perlahan. Merasakan kedua lengan Xiao Zhan memeluknya erat-erat. Sedikit menekan tengkuk sang kekasih, Yibo membuat ciuman itu semakin dalam dan bergairah.
Suara pekikan burung yang terbang di bawah langit malam sama sekali tak mengganggu kesenangan mereka.
Yibo merasakan hembusan angin dingin di belakang punggungnya, bahkan merasakan suasana sedikit mencekam ketika senja itu benar-benar menelan semuanya menjadi gelap. Namun tenggelamnya mereka dalam ciuman yang memabukkan seakan tidak terpengaruh oleh perubahan drastis yang terjadi.
Jika saja dia tak memaksakan menarik diri dari ciuman itu, Yibo yakin ia akan terus menciumi bibir yang sama-sama bernafsu itu untuk terus ia kuasai.
Sambil mengusap bibir kekasihnya, mata mereka bertemu. Sama-sama memancarkan rasa cinta dan sayang.
“Kita akan duduk dimana?” Yibo mengedarkan pandangan.
Xiao Zhan ikut melirik ke dekat tebing.
“Disini saja,” ia menunjuk batu putih yang menonjol. Lebih kecil dari batu granit tempat biasa mereka duduk.
“Baiklah,” Yibo tersenyum, menarik tangan kekasihnya mendekati batu yang nyaris menempel pada sisi tebing.
Ia duduk membelakangi tebing hingga bisa menyandarkan punggung pada sisinya. Batu itu nyaris tidak bisa memuat keduanya untuk duduk. Menyadari hal itu, ia menarik pinggang Xiao Zhan, membawa pemuda manis itu duduk diatas pangkuannya.
Merasa jengah, Xiao Zhan menundukkan wajah saat ia memiringkan tubuh, membiarkan pinggangnya dipeluk sepasang lengan hangat Yibo.
“Kau tidak memelukku?”
Alis Yibo terangkat, terdengar menggoda.
Xiao Zhan menolehkan sedikit muka, lantas melingkarkan lengan ke leher si pemuda. Ikut tersenyum melihat senyum bahagia Wang Yibo.
“Oh ya, aku tadi menyelinap diantara penonton yang menyaksikan filmmu. Adegan romantis yang kau arahkan sangat bagus,” Yibo berkata.
“Kau datang ke tempat syuting?” mata Xiao Zhan sedikit melebar. “Darimana kau tahu lokasi syuting disini?”
“Hmm,” anggukkan kepala Yibo sangat antusias. “Kanal Strasbourg terkenal di Quimper, tentu akan menjadi pusat perhatian terlebih ada syuting disana. Aku pun menghampiri dan melihatmu. Kau begitu luar biasa. Seperti orang lain disaat sedang bekerja. Aku tak sanggup mengalihkan tatapan dari sosokmu. Rasanya aku ingin mendekatimu, namun aku tahu kau akan terganggu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)
RomanceTidak selamanya keindahan yang terlihat menunjukkan kedamaian. Terkadang, tersembunyi sesuatu hal yang tidak pernah terduga dibalik satu keindahan. Sebagai seorang penulis yang kadang langsung terjun untuk menjadikan tulisannya menjadi satu film, Wa...