Twilight_vingt-cinq

307 68 3
                                    

🌄 Happy Reading 🌄

Tanggapan Marius ketika bekerja dengan Xiao Zhan tidak terlalu banyak ia pikirkan pada awalnya, namun ia tetap merasakan perbedaan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanggapan Marius ketika bekerja dengan Xiao Zhan tidak terlalu banyak ia pikirkan pada awalnya, namun ia tetap merasakan perbedaan tersebut. Setelah beberapa hari ia bersama dengan Xiao Zhan, entah kenapa ia merasa sutradara manis itu seperti berubah menjadi orang lain. Bertahun-tahun mendampingi Sean, ia sangat hafal kebiasaannya. Bahkan makanan dan minuman favorit Sean pun ia tahu dengan jelas.

Produksi film mereka belum meluncur ke tahap melakukan adegan, mereka masih membicarakan detail dalam film dan membahas tentang aktor dan karakter. Diam-diam Marius selalu memperhatikan. Ia masih sangat penasaran karena biasanya Sean selalu kritis dalam mengeluarkan pendapat. Ia akan memprotes apapun yang menurutnya tidak sesuai.

Namun Sean saat ini sedikit berbeda. Ia hanya berpendapat sekilas dan tidak banyak berkata lagi setelahnya. Ia pun lebih banyak mengumbar senyuman dibanding sebelumnya. Bersikap terlalu sopan dan lembut untuk seorang Sean yang sedikit keras dan bertindak semaunya.

Yang lebih membingungkan bagi Marius adalah minumannya yang berubah. Sean yang dulu sangat menyukai sari lemon yang dingin dan asam. Namun sekarang ia berganti menjadi jeruk manis. Bahkan dirinya yang biasanya kena omelan Sean, kini harus menerima senyuman bersahabat dan kata-kata lembut yang menurutnya menjadi agak aneh karena sikap yang ditunjukkan itu pernah ia dapatkan dari orang lain sebelumnya.

Siang saat itu sedikit mendung, awan kelabu membayangi birunya langit dan menutup sebagian sinar kehidupan. Marius sedang mengatur perlengkapan untuk memulai proses syuting sewaktu didekati seorang kru film. Sesaat ia mendengarkan dan sedikit kaget mendengar pesan yang disampaikan.

“Dia ingin bertemu aku sendirian?” keningnya sedikit berkerut.

“Itu yang dikatakan Mr. Wang. Dia menunggumu di kafe seberang. Dia menitip pesan jangan sampai Mr. Sean tahu bahwa kau bertemu dengannya,” kru itu berbisik-bisik dengan gerak mata waspada.

“Baiklah. Jika Sean bertanya, bilang saja aku membeli makan untuknya.”

Marius menyerahkan tugasnya. Sesaat berpaling ke arah ruangan dimana Xiao Zhan sedang berbicara dengan pihak lain. Setelah memastikan tidak ada yang melihat, ia pun bergegas meninggalkan tempat syuting yang berada di kawasan Shangrilla. Tempat syuting mereka di kelilingi pepohonan hijau. Bunga yang bermekaran dan warna hijau yang memenuhi jalan menjadikan tempat itu terlihat indah dan menyenangkan.

Berjalan melintasi jalanan utama, Marius memasuki jalanan bebas kendaraan yang dibangun dari bebatuan putih. Bangunan gaya Eropa berjajar dengan warna putih yang mendominasi. Ia melihat satu kafe bertuliskan La Bourdon yang pationya menggunakan awning warna hijau.

Menduga bahwa Wang Yibo menunggunya di dalam, Marius mendorong pintu berkusen putih. Aroma kopi yang hangat dan menyenangkan menyentuh penciuman. Ciri khas kedai kopi yang tak hentinya menghasilkan racikan hasil barista sehingga udara di dalam dipenuhi aroma tajam dari kopi. Musik jazz mengalun santai dan pelan mengiringi pecinta kopi untuk menikmati kopi favoritnya.

𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang