Twilight_trente

367 66 19
                                    

🌄 Happy Reading 🌄

Duduk berdua diatas bebatuan granit putih, keduanya berpegangan tangan, menatap lurus pada cahaya merah di ujung samudera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk berdua diatas bebatuan granit putih, keduanya berpegangan tangan, menatap lurus pada cahaya merah di ujung samudera. Suasana disana sunyi dan hening. Entah mengapa tidak ada seorangpun yang datang ke tempat itu. Pantai itu seolah-olah tempat jauh yang tidak tersentuh oleh tangan manusia. Sangat tidak sebanding dengan keindahannya yang memanjakan mata.

Yibo menggenggam erat sebelah tangan Xiao Zhan, seakan tidak lagi memiliki kesempatan untuk memegangnya. Helaan nafasnya beberapa kali terdengar berat. Sekilas matanya melirik wajah manis yang hanya diam menatap ke kejauhan.

“Andai kedamaian dan ketenangan ini bisa kita nikmati selamanya,” ia mulai bersuara. “Kau tahu? Dalam hidupku, tidak pernah terpikir akan mengalami kejadian seperti ini. Aku yang sebelumnya tidak pernah percaya hal-hal tentang roh halus atau apapun yang berbau mistis, ternyata dipertemukan langsung dengan sosok manis sepertimu. Bahkan aku jatuh cinta padamu. Sungguh diluar dugaan. Namun semuanya begitu indah, aku menginginkan masa depan yang didalamnya ada dirimu,” senyumnya terukir tipis.

“Bahkan disaat mengetahui dirimu ternyata sudah meninggal, aku tidak ingin menerima kenyataan. Aku pernah mengucapkan satu harapan, bahwa aku ingin hidup bersamamu, aku ingin mencintai dan menjadikan kau milikku dalam kehidupan manapun. Aku kehilangan separuh hati dan hidupku, terbawa olehmu yang entah berada dimana. Aku sangat terpuruk dan kehilangan semangat hidup,” Yibo melanjutkan. Helaan nafasnya mengiringi setiap perkataan.

“Aku sempat putus asa. Merasakan satu kehancuran yang lebih buruk dari sekedar patah hati. Tetapi Sean hadir di hidupku dan membawa warna lain. Awalnya mungkin aku menganggapnya pengganti dirimu. Aku selalu melihatmu dalam dirinya, namun akhirnya aku menyadari kalian berbeda. Dan aku jatuh cinta padanya, pada kepribadiannya, pada warna hangat dan kasih sayang yang ia berikan. Tetapi harus aku akui, jauh di dalam lubuk hatiku selalu ada cinta untukmu, Xiao Zhan. Namamu tidak akan pernah bisa dihapus begitu saja. Bagaimanapun kau adalah orang pertama yang menyentuh hatiku dengan perasaan cinta. Namamu yang sudah kusematkan begitu dalam. Bahkan disaat mengetahui semua ini pun, aku selalu mencintaimu. Xiao Zhan, aku tidak pernah berhenti mencintaimu.”

Pemuda manis itu menoleh cepat. Raut muka dan sinar matanya menunjukkan keterkejutan. Kulit wajah itu pucat pasi seakan tidak ada darah yang mengalir.

“Yibo, kau – kau tahu kalau aku – Xiao Zhan?”

Suaranya yang bergetar mengiringi gerak tangannya yang hendak melepaskan dari genggaman Yibo.

Dengan trenyuh, Yibo menatap wajah sendu Xiao Zhan. Sebelah tangannya tetap mempertahankan tangan dingin itu. Satu tangannya terangkat mengusap penuh sayang wajah pucat kekasihnya.

“Aku tahu. Dari awal kita tiba di Paris, aku sudah mengetahuinya,” nadanya sangat sedih namun tetap mengusahakan sebuah senyuman.

“Aku sangat tersentuh dengan keinginanmu untuk mengejar kebahagiaan. Aku pun merasa tersanjung karena kau melakukannya demi cintamu yang besar padaku. Zhan, aku tetap mencintaimu. Aku tidak pernah menyalahkan apa yang kau lakukan. Kalau aku egois, aku pun akan menutup mata selamanya. Tapi kita telah mengambil satu nafas kehidupan yang tidak seharusnya kita singkirkan. Sean adalah saudaramu, Zhan. Dia berhak hidup sesuai takdirnya. Kita tidak berhak menghilangkan kehidupan orang lain,” Yibo merasakan suaranya sedikit tercekat. Kedua matanya kini digenangi airmata.

𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang