🌄 Happy Reading 🌄
“Xiao Zhan?”Suara lirih itu meluncur pelan dari bibir Yibo. Sepasang matanya menatap pemuda manis yang sempat menjadi sosok yang begitu dekat dan ia cintai. Bahkan sekarang pun, kembali melihatnya berdiri di hadapannya, kilau matanya tidak bisa menyembunyikan kekaguman terhadapnya. Yibo melihat kesedihan di wajah Xiao Zhan, namun matanya yang indah memancarkan kemarahan dan kekecewaan.
Wajah manis itu sangat pucat. Pakaiannya serba putih, tipis dan berkibar tertiup angin. Rambut depannya bergerak-gerak menutup kening. Kakinya yang bertelanjang tanpa alas menyentuh sedikit diatas pasir putih yang lembut.
Kedua kaki Sean seakan terpantek pada pasir, berdiri tegang dalam pegangan Yibo. Mata indahnya bertemu pandang dengan tatapan mata bening Xiao Zhan yang sedikit menusuk. Perasaan dingin langsung merayapi seluruh tubuhnya. Dia tidak menduga akan pertemuan ketiganya dalam kondisi yang sangat tidak ia harapkan.
Sean merasakan kemarahan Xiao Zhan. Meskipun saudaranya itu kini sudah bukan sosok manusia seutuhnya, ia masih sangat mengenali bagaimana saudaranya itu bertindak maupun ekspresinya disaat marah. Tetapi sepercik kesedihan di mata Xiao Zhan membuat rasa bersalah di hatinya semakin menjadi.
“Zhan...”
Bibirnya bergetar disaat mengucapkan nama saudaranya.
Wajah Xiao Zhan mengekspresikan segalanya. Meski kulit muka itu sangat pucat, namun siapapun yang melihat akan terlihat jelas bahwa dirinya membawa kepedihan.
“Kau mengkhianatiku, Sean. Aku tidak menyangka, kau benar-benar tega padaku,” gema suaranya memenuhi pendengaran dua orang di depan.
“Zhan, maafkan aku... Aku – aku mencintainya. Kau pun tahu itu,” Sean berusaha menjawab.
“Aku hanya ingin kau menjaganya,” lagi-lagi nada menghakimi itu keluar dari bibir Xiao Zhan.
“Jangan menyalahkannya, Zhan. Aku lah yang menariknya dalam kehidupanku,” Yibo mencoba menengahi. Dia pun tak luput dari salah dan merasa dirinya penyebab dari semua kekacauan.
Tatapan Xiao Zhan beralih pada pemuda tampan yang masih memegangi bahu Sean. Sinar cinta itu masih ada, dan akan tetap ada untuk pemuda itu.
“Kau berjanji hanya akan mencintaiku, Yibo. Kau berjanji tidak akan pernah meninggalkanku. Tapi kau mengecewakanku. Kau dan dia mengkhianatiku!”
Seruan Xiao Zhan diiringi debur ombak yang menerjang tepian pantai. Matanya berkilat-kilat tertuju pada pegangan tangan Yibo yang merangkul bahu Sean.
“Aku tidak pernah melupakanmu, Zhan. Kau akan selalu ada di hatiku. Kami tidak pernah bermaksud menyakitimu. Zhan, kau selalu menjadi sosok yang pertama bagiku. Akan selalu ada cinta untukmu, tetapi kita tidak mungkin bersama.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)
RomanceTidak selamanya keindahan yang terlihat menunjukkan kedamaian. Terkadang, tersembunyi sesuatu hal yang tidak pernah terduga dibalik satu keindahan. Sebagai seorang penulis yang kadang langsung terjun untuk menjadikan tulisannya menjadi satu film, Wa...