🌄 Happy Reading 🌄
"Aku melihat kalian saat itu."Sean berhasil menemukan suaranya kembali setelah keduanya membisu sekian menit. Telapaknya mengusap wajah, menggapai tissue dari atas meja dan tanpa peduli membersitkan hidung. Bagaimanapun, kondisi mereka saat itu bukan waktunya untuk menjaga image. Dia melirik sekilas pada Yibo yang masih tertunduk. Duduk mengenaskan di lantai dengan wajah basah oleh airmata serta foto Xiao Zhan yang ikut terkena tetesannya.
Meski suaranya semakin sengau, Sean kembali melanjutkan.
"Malam itu, tidak tahu ada panggilan apa yang menyebabkan aku mendatangi pantai. Aku berdiri seorang diri, hanya ditemani hembusan angin dingin. Sejujurnya aku merasa sedikit merinding saat itu, aku bermaksud untuk kembali setelah sekian menit berdiri menatap lautan. Namun sudut mataku melihatmu. Kau duduk di sisi tebing. Saat itu aku tidak tahu siapa yang sedang bersamamu. Aku hanya menduga kau sedang bersama kekasihmu, bercumbu di tempat sepi dan tidak lazim menurutku. Rasa dingin semakin menjadi menyerbu tubuhku. Aku ingin pergi, tetapi aku seperti ditahan untuk terus menyaksikan semuanya. Aku melihatmu bangkit, menggandeng seseorang dan membawanya ke dalam mobilmu. Namun yang membuatku shock karena aku mengenali siapa yang pergi bersamamu. Saat itu tubuhku langsung bereaksi. Aku membeku seketika, aku nyaris tidak bisa bergerak. Hanya bisa menyaksikanmu berjalan bersama Xiao Zhan dan pergi dari pantai."
Sean kembali membersihkan hidungnya menggunakan tissue, kemudian melirik pada si pemuda yang masih tidak mengubah posisi. Terus terang ia menjadi khawatir pada pemuda itu, namun ia tetap meneruskan bicaranya.
"Aku pulang dengan tubuh gemetar. Rasa shock dan takut, gelisah, sedih, semuanya bergejolak di dalam dada. Saat itu aku langsung demam, tubuhku dingin namun terasa panas. Aku tidak pernah menyangka Xiao Zhan akan memperlihatkan dirinya padaku dan itu pun bersamamu. Semenjak kematiannya, tidak pernah sekalipun ia menunjukkan diri seperti itu padaku. Rasa sakitnya tak tertahankan. Aku tidak bisa melakukan apa-apa selama tiga hari dan kehadirannya dalam mimpiku memperparah keadaanku. Teringat percakapan kami sewaktu masih bersama dan membahas tentang perasaan, ia menjanjikan untuk mengatakan padaku pertama kalinya jika dirinya menemukan belahan hati. Hanya saja, aku tidak menyangka dia akan benar-benar memperlihatkan diri, menepati janjinya untuk mengenalkan seseorang itu bahkan setelah kematian. Aku dirundung kepedihan, kemarahan dan ketidakberdayaan selama beberapa hari berikutnya. Aku pun selalu merasa bersedih tanpa sebab dan terus teringat padamu. Aku merasa bahwa saat itu kau mengalami sesuatu yang menyakitkan dan tenggelam dalam kesedihan. Keesokan harinya aku memaksakan diri untuk kembali bekerja, ingin secepatnya menyelesaikan syuting dan kembali ke ibukota. Saat itulah aku mengetahui ternyata kau kehilangan ayahmu. Aku pun merasa kesedihanku selama hari-hari itu karena kau sedang bersedih sendirian. Aku tidak tahu kenapa, tetapi aku seakan merasakan kesedihan yang sama dengan yang kau alami. Aku pulang disaat waktu masih sore karena badanku masih sangat tidak enak. Dan malamnya kau tiba-tiba datang kesini, menganggapku sebagai Xiao Zhan, kekasih yang kau cintai."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)
RomanceTidak selamanya keindahan yang terlihat menunjukkan kedamaian. Terkadang, tersembunyi sesuatu hal yang tidak pernah terduga dibalik satu keindahan. Sebagai seorang penulis yang kadang langsung terjun untuk menjadikan tulisannya menjadi satu film, Wa...