___ The Beauty of Twilight by AR Yizhan ___
🌄 Happy Reading 🌄
Tidak ada hal lain yang ingin dirasakan Sean saat ini. Ia hanya ingin bertemu sang kekasih yang sekian lama ia tinggalkan. Merangkul lagi kebahagiaan yang ia lepaskan. Ia merasa sangat beruntung bertemu dengan pria paruh baya yang menyadarkannya. Ia sangat berterimakasih pada Tuhan karena diberi kesempatan untuk kembali ke kehidupan yang ia inginkan.
Mengetahui premier film Yibo yang notabenenya tentang kisah mereka, Sean membeli tiket khusus dan menempati kursi bioskop di paling atas. Dia masuk lebih dulu, duduk dengan nyaman menunggu film berputar. Bahkan ia melihat sendiri pemuda itu masuk terakhir setelah film berjalan sekian menit.
Dadanya terasa sesak oleh gelombang kebahagiaan menyaksikan pemuda itu dalam keadaan baik, duduk di baris kelima seorang diri. Ingin rasanya ia menemuinya saat itu, tetapi ia menahan diri dan menunggu hingga tidak ada seorangpun di dalam bioskop. Sedikit mengangguk ketika produser film Ferris Picture lewat di dekatnya.
Sean merasa beruntung karena pemuda itu memutuskan diam sementara waktu. Ia pun berjalan menghampiri bertepatan dengan gerakan Yibo yang hendak menyalakan rokok.
"Bukankah tidak diperbolehkan merokok di dalam ruang bioskop?"
Suara merdunya ia keluarkan dan menunggu reaksi si pemuda. Ia melihat pemuda itu terkejut bukan main, bahkan melepaskan rokok di tangan hingga terjatuh mengenai kursi.
"Sean?" nada berat Yibo akhirnya kembali ia dengar.
Setelah menunggu dari awal datang, Sean kini merangsek maju dan menyambut pelukan Yibo. Memeluk kekasih yang tidak ingin lagi ia lepaskan.
Merasakan gelombang bahagia yang menguasai diri membuat mata Yibo berkaca-kaca. Kedua lengannya memeluk erat-erat tubuh ramping sang kekasih. Begitu hangat, dipenuhi kerinduan dan cinta. Rasa syukur yang ia ungkapkan seakan tak berhenti karena kembali bertemu sosok yang tanpa kehadirannya membuat separuh hatinya terasa mati.
"Syukurlah, Sean. Akhirnya kau kembali. Aku sudah sangat putus asa. Terima kasih, Tuhan..."
"Aku merindukanmu," bisikan Sean menyentuh sisi telinga Yibo.
Yibo memejamkan mata, nyaris tak mampu mengeluarkan perkataan apapun. Ia pun akhirnya tak mampu menahan airmata, kebahagiaan itu sungguh tak terkira baginya. Disaat ia mulai kehilangan arah, sosok manis itu datang bagai malaikat yang menyembuhkan.
Sedikit enggan pelukan mereka terlepas. Jemari Sean mengusap bulir airmata yang menetes di wajah Yibo.
"Maafkan aku, Yibo. Aku sudah sangat bodoh meninggalkanmu. Aku hanya mengikuti rasaku sendiri tanpa memikirkan perasaanmu," ia berkata, lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)
RomanceTidak selamanya keindahan yang terlihat menunjukkan kedamaian. Terkadang, tersembunyi sesuatu hal yang tidak pernah terduga dibalik satu keindahan. Sebagai seorang penulis yang kadang langsung terjun untuk menjadikan tulisannya menjadi satu film, Wa...