Twilight_vingt-huit

387 66 15
                                    

🌄 Happy Reading 🌄

🌄 Happy Reading 🌄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lourmarin.

Menghabiskan waktu perjalanan kurang lebih tiga jam mengendarai mobil, akhirnya Yibo tiba di kota dekat kaki bukit batu Luberon. Sebelum memasuki kota, ia mengajak Xiao Zhan ke sisi barat desa, menikmati pemandangan sungai Aigues Brun.

Area yang terdiri dari bentangan batu, mengalirkan air dari celahnya dan membentuk aliran sungai berair jernih. Bagian sisi diteduhi dengan rimbun pepohonan yang menghijau. Bangunan penduduk didominasi warna cokelat karena tanahnya yang kecoklatan.

Pemuda manis itu tak hentinya mengumbar senyuman. Bukan karena tempat yang mereka datangi, namun lebih kepada perasaan bahagia karena bisa bersama-sama dengan sosok yang dicintai. Pergi berdua dan menikmati kebersamaan membuat hatinya berbunga-bunga oleh gelombang kebahagiaan.

Memasuki kota setelah cukup menikmati suasana di sekitar sungai, mereka disambut oleh lampu-lampu yang bersinar, menyala di sepanjang jalan kota. Meski kota itu tidak terlalu besar, namun suasana Lourmarin disaat malam begitu menyenangkan.

Setelah menyimpan barang-barang mereka di hotel, Yibo mengajak Xiao Zhan berjalan kaki, menyusuri jalanan bebas kendaraan. Batu granit putih tulang itu terbentuk rapi menjadi satu jalanan yang berkelok-kelok. Deretan kafe, restoran dan butik memenuhi setiap sisi jalan. Meja kursi kafe yang disediakan di patio berwarna coklat muda dengan sisi dinding yang dirambati dedaunan Ivy.

Beberapa pelukis jalanan yang sedang menggoreskan kuasnya dibawah sorotan lampu jalan. Suasana hangat dan bersahabat dipenuhi penduduk lokal yang menggunakan pakaian bergaya Eropa. Gadis-gadis dalam balutan rok selutut dengan lipatan tebal lengkap dengan topi yang dihiasi pita. Para pria yang menggandeng pasangannya dan berbalut pakaian resmi ala tahun 80an.

“Aroma disini sangat menyenangkan,” Xiao Zhan menghirup nafas dalam-dalam.

“Tentu saja. Kau tidak lihat di setiap sisi terdapat bunga Lavender yang menyebarkan wanginya,” Yibo mengerling pada sisi jalan yang ditumbuhi serumpun bunga Lavender dan selalu ada dalam pot di depan kafe atau butik.

Mata bening Xiao Zhan melebar senang.

“Kenapa aku tidak menyadarinya,” nadanya setengah menyesal. “Suasananya juga sangat damai. Kau sering kesini?”

“Sekedar lewat. Aku belum pernah sengaja berjalan seperti ini. Lagipula tidak enak jalan sendirian,” senyum Yibo tersungging.

“Berarti aku yang pertama menemanimu kesini,” Xiao Zhan berbisik mesra.

“Karena kau kekasihku. Tentunya kau yang akan menemaniku kemanapun.”

“Kau membuatku bahagia, Yibo.”

Yibo melihat satu pohon Acacia berdaun kekuningan diterangi lampu jalan. Ia menarik tangan Xiao Zhan ke dekat pohon.

“Aku ingin memberikan sesuatu padamu,” ia menatap manik bening yang berbinar-binar.

𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang