🌄 Happy Reading 🌄
Bulan purnama nan cerah itu kembali muncul, dan kini Yibo bisa menikmati keindahannya di pantai Boutrouilles yang sebelumnya ia datangi. Seolah satu kesengajaan, ia menempati batu yang sama. Sudah satu jam ia duduk di batu tersebut, dari sejak terbenamnya matahari sampai rembulan yang ia nantikan mulai naik menggantikan cahaya siang.
Ia sudah menghabiskan dua batang rokok, dan kini ia kembali mengambil yang baru. Tidak peduli dengan angin laut yang berhembus, pemantik di tangannya ia tutupi hingga menghalangi tiupan angin sewaktu menyalakan rokok di sela bibir. Sekilas ia melirik buket bunga yang ia bawa dan kembali tenggelam dalam kebingungan.
Sebelum ia turun dari mobil, dirinya sama sekali tidak berniat untuk membawa buket bunga ke pantai yang ia datangi. Terasa aneh rasanya membawa bunga ke pantai tanpa ada tujuan.
Untuk siapa ia membawa bunga ke tempat sepi dan sunyi yang bahkan kini tidak ada seorangpun di sekitarnya.
Namun tangannya bergerak sendiri seolah ada yang menarik untuk meraih bunga tersebut dan kini teronggok di dekat ia duduk.
Sekilas kepalanya menggeleng, tak paham dengan keanehan yang ia alami. Tetapi seperti biasa, ia tidak memikirkan hal seperti itu. Sambil meluruskan kedua kaki, tangan kirinya kini menekan permukaan batu. Perlahan ia mendekatkan rokok di sela jari kanan, sesaat mengisap, sampai satu suara halus membuatnya terlonjak kaget.
“Halo..”
Kepala Yibo reflek menoleh ke sumber suara. Aura dingin melingkupi secara tiba-tiba. Ia mendengar suara itu seperti muncul dari kejauhan, mendayu terbawa desau angin yang bertiup.
Semakin kaget sewaktu di sampingnya berdiri satu pemuda yang dimatanya nampak mempesona. Sekian detik ia terpana. Belah bibirnya sedikit terbuka, tatapan dari manik hitamnya menelusuri wajah yang dimiliki sosok tersebut. Seakan tidak ingin mengedip sedikitpun.
Tuhan.. Sosok ini sangat mempesona..
Siapa dia? Kenapa tiba-tiba ada di dekatku?
Yibo tidak mengerti apa yang membuat dirinya dibuat terpaku seperti patung manekin. Seumur-umur ia tidak pernah mengalami hal seperti itu. Merasa tak berdaya berhadapan dengan seseorang yang asing di matanya. Ia pun baru merasakan aura luar biasa yang menguar dari sosok di dekatnya.
“Apa aku mengganggu?”
Suara halus dan merdu itu kembali mengusik pendengaran. Menyadarkan Yibo dari keterpakuan.
Pemuda tampan itu nyaris melepaskan jepitan rokok di sela jarinya. Sepasang matanya mengerjap beberapa kali hingga ia yakin bahwa sosok yang berdiri itu bukan makhluk halus yang bisa saja tiba-tiba menghilang.
“A-ah.. Tidak, tidak. Aku hanya terkejut karena ada orang lain di tempat sesunyi ini,” suara Yibo berhasil ia keluarkan. Senyumnya terukir membalas senyuman manis yang terpatri di bibir tipis sosok tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)
RomanceTidak selamanya keindahan yang terlihat menunjukkan kedamaian. Terkadang, tersembunyi sesuatu hal yang tidak pernah terduga dibalik satu keindahan. Sebagai seorang penulis yang kadang langsung terjun untuk menjadikan tulisannya menjadi satu film, Wa...