🌄 Happy Reading 🌄
Brittany.Pekerjaan Sean sedikit terganggu. Sudah tiga hari ia tidak cukup tidur, lebih banyak mengalami gelisah dan dipenuhi bayangan buruk. Ia pun tak bisa menghilangkan seraut wajah tampan yang terus mengisi benaknya. Setelah seharian terakhir ia menghabiskan waktu di hotel tempatnya menginap, ia mulai kembali menjalani aktivitas yang diharapkan cepat selesai. Ia ingin secepatnya kembali ke Paris.
Duduk dibawah tenda putih seperti biasa, Sean sedikit santai dan bersandar sambil meneguk minuman dingin yang ia terima dari Marius.
“Kau ada masalah apa? Tiga hari ini kau terlihat galau dan bertingkah aneh sampai menghambat jalannya syuting. Jika seperti ini terus, bagaimana kita akan kembali ke Paris dalam waktu dekat?”
Marius mulai mengoceh meski ia merasa lega melihat rekannya sudah kembali bersikap biasa.
“Eh, kau sudah dengar berita?”
“Berita apa?”
“Kau ini kenapa? Apa benar-benar tidak mengikuti berita sekarang?” nada Marius terdengar kesal.
“Sudahlah. Katakan saja ada apa?”
Sean balas menggerutu, kembali meneguk air dari botol.“Aku benar-benar tidak mengerti denganmu,” sesaat Marius menggeleng. “Berita kemarin, pengacara senior Mr. Wang Yikai meninggal karena serangan jantung. Sepertinya idolamu, penulis Wang Yibo sekarang sudah kembali ke Paris.”
“Meninggal?” mata Sean membelalak. Dia nyaris menumpahkan air sewaktu sedang mencoba mendekatkan ke bibirnya.
Marius mendecak tak sabar.
“Sebenarnya kau ini suka membaca berita atau tidak? Kabar sebesar itu sampai tidak tahu,” bibirnya setengah merengut, kesal.
Pemuda manis itu tidak menanggapi gerutuan asistennya. Lagi-lagi wajah menawan itu berkelebat di benaknya.
Pantas tiga hari terakhir ini aku merasa sedih tanpa ujung pangkalnya. Itu karena Wang Yibo saat ini pasti sedang bersedih hati.
Tiba-tiba hati Sean merasa sakit dan galau.
“Heh! Kau pasti langsung melamunkan si tampan Wang Yibo.”
Senggolan ke bahunya membuat Sean tersadar. Ia hanya bergumam pelan dan kembali meneguk air lemon. Keinginannya untuk kembali ke Paris secepatnya semakin kuat. Dia bisa menggunakan alasan itu untuk bertemu si pemuda.
“Kau mengakuinya,” Marius menyeringai puas. “Bagaimana kalau kita langsung pulang ke Paris?” ia kembali menyenggolkan bahu mereka.
“Adegan disini belum selesai.”
“Kita bisa ambil tempat lain di Paris. Tinggal beberapa adegan lagi.”
“Kedengarannya sangat tidak profesional. Aku sudah sengaja mengambil lokasi syuting disini. Paris sudah sangat familiar,” Sean tidak setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕿𝖍𝖊 𝕭𝖊𝖆𝖚𝖙𝖞 𝖔𝖋 𝕿𝖜𝖎𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙 [𝕰𝖓𝖉] (Dibukukan)
RomanceTidak selamanya keindahan yang terlihat menunjukkan kedamaian. Terkadang, tersembunyi sesuatu hal yang tidak pernah terduga dibalik satu keindahan. Sebagai seorang penulis yang kadang langsung terjun untuk menjadikan tulisannya menjadi satu film, Wa...