"Gue khawatir nih." Sejak naik di mobil, Aruni terus saja mengeluh dengan kekhawatirannya. "Kalo di sana gue sampe ketemu kenalan gue, gimana? Oh tetangga jangan sampai, apalagi kolega papa."
Raga melirik perempuan yang duduk dengan balutan dres berwarna armi di sampingnya. Ia berpikir Arunika itu beda dari cewek biasanya, dia orangnya tidak tomboi seperti kedua temannya, tidak juga secewek perempuan yang biasa ia temui di kampus, yang seksi dan suka kelebihan bedak, serta lipstik, tidak juga seperti Nala yang suka warna-warna cerah. Cewek di sampingnya kini, tampil natural, dengan sapuan bedak yang seadanya. Hiasan di wajahnya selain bedak, hanya ada maskarah tipis di bulu matanya, dan lipting yang berwarna bibir, yang juga hampir tidak terlihat. Sementara dresnya, meski Raga menemani kemarin saat membelinya, ia baru melihat saat Aruni tadi keluar kamar. Model dresnya tidak begitu seksi, malah kesannya tertutup. Panjangnya sampai betis, dan lengannya, lengan panjang dengan model yang sedikit mengembang, membuatnya terlihat kebesaran di lengan Aruni, tapi tetap cocok terlihat. Di bagian badannya, sangat pas dengan tubuh Aruni yang tidak terlalu kurus. Sementara rambutnya dibiarkan tergerai bebas, dan Raga baru memperhatikan, jika rambut cewek itu lumayan panjang dengan sedikit bergelombang kecoklatan. Dan malam ini, Raga bukan tipe yang suka berdusta, ia harus mengakui, bahwa Arunika yang duduk di sampingnya itu terlihat manis.
"Ga." Lagi-lagi Arunika menghembuskan napasnya.
"Lo udah membuat keputusan nemenin gue, terima konsekuensinya," ucap Raga datar sambil melirik lampu merah yang berubah menjadi hijau. Ia pun kembali menjalankan mobilnya.
Aruni menatapnya tidak percaya. "Lo bilang gitu? Lo buat gue takut."
Raga menghela napasnya. "Ada gue. Lo sembunyi di rumah gue kan? Percaya sama gue." Raga menatapnya sekilas.
Aruni tidak langsung menjawab membuat Raga harus kembali bersuara. "Ntar kalo lo ada kenal seseorang bilang ke gue. Gue bakal usahain lo gak terlihat." Sungguh, Raga tidak ingin rencananya malam ini gagal, hanya karena ketakutan Aruni yang tidak ingin dilihat kenalan orang tuanya atau siapapun itu -- yang belum tentu ada di acara yang akan mereka kunjungi.
Setelah turun dari mobil, Aruni mengambil langkah di samping Raga. "Lo mau gue genggam tangannya atau lo pegang lengan gue?" Bisik Raga sedikit membungkukkan badannya.
"Gue pegang lengan lo aja." Aruni langsung mengaitkan lengannya di lengan Raga, dan mereka pun berjalan memasuki gedung yang nampak sangat megah dengan berbagai dekorasi yang serba hijau. "Warna baju kita senada sama dekorasinya," komentar Aruni.
Raga tidak menanggapi, ia menunjuk kumpulan orang di salah satu meja. "Mereka teman-teman gue."
"Ada Dara di sana?" Aruni sedikit mendongak untuk melihat wajah laki-laki yang tengah menggandengnya kini.
"Yang baju merah," jawab Raga datar.
Aruni melihat ke arah tunjuk Raga tadi, dan dia mendapati cewek berbaju merah dengan rambut sebahu diapit oleh cowok. Di antara Dara dan kedua cowok yang mengapitnya, ada juga satu cewek yang berbaju cream dengan rambut yang diikat di belakang -- ekor kuda -- terlihat tomboi, tapi manis di mata Aruni. "Tenang aja, Ga, gue bakal bertugas dengan baik," bisik Aruni, lalu mereka melangkah menghampiri meja yang ditunjuk oleh Raga.
"Selamat malam, Dulur-Dulurku," sapa Raga dengan senyum terkembang di bibirnya.
"Assalamu'alaikum, Bang," sindir Dion yang di antara mereka lebih banyak sisi religiusnya.
"Iya, Assalamu'alaikum." Senyum Raga masih bertahan di bibirnya. "Kenalin, Arunika." Raga mulai memperkenalkan cewek yang digandengnya. Aruni melempar senyum kepada teman-teman Raga, tidak terkecuali Dara
Mendengar Raga memperkenalkan nama lengkap Aruni, membuat Dion heboh sendiri. "Wah nama lo Arunika? Cocok banget sama nama Raga, Raga Sandyakala."
Oh Aruni baru tahu fakta itu, ia baru tahu nama lengkap Raga. Ia pun melirik Raga yang langsung menyahut ucapan Dion. "Udah ditakdirin sama semesta, Lur."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA (SELESAI)
Teen FictionHanya kisah sederhana yang lahir dari imajinasi anak manusia. Tidak menjanjikan manfaat, tapi mengharapkan keluasan hati dari yang membacanya, agar dapat memetik satu makna saja di sepanjang alur cerita. Mohon maaf jika tokoh-tokohnya tidak terlalu...