Paginya, Aruni menghampiri Bi Irni yang telah berada di dapur. "Bi, semalam saya dengar ada mobil Raga," ujarnya.
Bi Irni menoleh. "Iya, Mbak, Mas Raga datang jam dua kalo gak salah."
"Jadi, dia ada di atas?" Aruni melirik ke arah tangga.
"Iya, Mbak, mungkin masih tidur."
Aruni tampak berpikir. Pandangannya masih mengarah ke tangga. "Bi, hmmm saya mau ke atas, boleh?"
Mendengar pertanyaan Aruni, Bi Irni mengerutkan keningnya, lalu detik berikutnya senyuman jail di wajahnya terbit. "Mau liat Mas Raga?"
Aruni menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Saya ada mau ngomong sesuatu, Bi."
"Ah bibi ngerti kok, Mbak, ya udah sana." Bi Irni tersenyum menggoda pada Aruni.
Aruni hanya tersenyum tipis, entah apa yang dipikirkan art itu, yang pasti ia harus bicara pada Raga, meski ia sendiri tidak tahu apa inti yang ingin disampaikannya pada laki-laki itu. Namun, Aruni butuh untuk bertemu dengan Raga, ia butuh bicara dengan laki-laki itu, mungkin untuk mempertanyakan kenapa Raga melarangnya ikut bersama teman-temannya untuk mendaki?
Tiba di depan pintu kamar Raga, Aruni ragu untuk mengetuk. Namun, dilakukannya juga detik berikutnya. Senyap. Tidak ada sahutan di dalam. Aruni mencoba memanggil nama Raga. "Raga, udah bangun belum? Ga, ini gue Aruni, mau ngomong sesuatu sama lo, buka pintunya, Ga."
Tidak ada sahutan. Aruni kembali mengetuk pintu dan memanggil nama Raga. Lagi, tidak ada yang menyahut. Aruni menghela napasnya lalu memberanikan diri memutar knop pintu. Tidak terkunci. Pelan-pelan ia membuka pintu itu. Ah sungguh lancang Aruni membuka pintu kamar tuan rumah. Ia melihat sekeliling kamar itu, untuk pertama kalinya ia memasuki kamar Raga semenjak ia tinggal di rumah laki-laki itu. Oh, bahkan di lantai dua rumah ini pun Aruni baru menginjakkan kakinya.
Pandangan Aruni tertuju di tempat tidur yang berseprei warna coklat, tidak ada sosok Raga di atasnya. Apa ia sedang di wc? "Raga? Ga?" Aruni memanggil nama pemilik kamar, dan tidak ada sahutan. Ia melihat ke arah pintu wc yang terbuka, tidak ada siapa-siapa. Lalu, Raga? Apa ia keluar rumah tanpa sepengetahuan Bi Irni?
Saat Aruni hendak memutar langkahnya, ia melihat beberapa foto polaroid yang bergantungan di atas tempat tidur Raga. Ia mendekat dan memperhatikan foto-foto itu, yang didominasi oleh wajah Dara, Kevin, Dion, dan Aleksa, juga Raga sendiri. Namun, yang paling menyita perhatian Aruni adalah foto Raga dan Dara. Hanya berdua. Dalam foto itu mereka saling tertawa. Sungguh bahagia kelihatannya, dan entah kenapa mata Aruni terasa panas. Dihelanya napasnya kuat-kuat, lalu ia meraih foto itu dan ia mendapati tulisan Raga di baliknya.
Dia
Adalah
Rindu, yang
Aksa (jauh)Bagaimana bisa, sosok Raga bisa berdiri tegak tanpa Dara(h) yang mengaliri tubuhnya?
Ah mata Aruni rasanya tambah panas. Ia tersenyum melihat tulisan Raga yang terlihat buram, lalu kembali membalikkan kertas foto itu sambil menelang ludahnya dengan susah, yang entah kenapa terasa pahit dirasanya. "Lo emang cocok sama Dara, Ga." Dengan pelan, Aruni kembali menggantung foto polaroid itu, kemudian berjalan meninggalkan kamar Raga.
"Bi, Raga gak ada di kamarnya," ujar Aruni setibanya di dapur kembali.
Bi Irni menoleh dengan kerutan di keningnya. "Iya, Mbak? Masa iya Mas Raga udah keluar aja? Emang bisa tuh bangun pagi dia? Coba deh, Mbak, cek motornya di garasi, karena mobilnya tadi di luar saya liat masih ada."
Aruni mengangguk, lalu melangkah menuju garasi. Tidak ada motor Raga di sana. Mungkin memang Raga sudah keluar. Menemui Dara mungkin?
🌅

KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA (SELESAI)
Novela JuvenilHanya kisah sederhana yang lahir dari imajinasi anak manusia. Tidak menjanjikan manfaat, tapi mengharapkan keluasan hati dari yang membacanya, agar dapat memetik satu makna saja di sepanjang alur cerita. Mohon maaf jika tokoh-tokohnya tidak terlalu...