Nala melihat sekali lagi layar monitor di mobilnya, memastikan arah mapsnya benar. Sekarang ia berada di kampus Raga, ia hendak menghadiri ujian akhir sepupunya itu. Yah, setelah satu tahun kepergian Aruni, akhirnya berkat dorongan Nala, Raga berhasil menyelesaikan skripsinya.
Mobil Nala berhenti tepat di lokasi yang dituju. Setelah memarkir mobilnya, perempuan itu turun di depan gedung bertingkat 5, tepatnya di depan fakultas Raga. Ia melambaikan tangannya pada perempuan yang berdiri di koridor yang juga melambai ke arahnya.
"Ruangan Raga mana, Dar?" Tanya Nala setelah tiba di depan perempuan yang tadi melambai ke arahnya.
"Di lantai dua. Yuk, anak-anak udah pada nunggu di atas." Dara pun melangkah menuju tangga dan Nala mengikut di belakangnya.
"Udah mulai?" Tanya Nala saat mereka sedang menaiki tangga.
"Udah, kurang lebih sepuluh menit yang lalu." Dara membelokkan langkahnya di tangga yang memiliki dua jalur.
"Gue lama, karena nunggu paket tadi di rumah, mana kurirnya kesasar lagi." Nala mendumel sendiri di belakang Dara.
Perempuan yang identik dengan merah itu hanya tertawa renyah mendengar dumelan Nala di belakangnya.
"Gak nyangka Raga bisa juga ujian akhir," ujar Nala setelah mereka sudah tiba di lantai 2.
Lagi-lagi Dara tertawa renyah mendengar Nala, tapi kali ini ia menyahut, "Kan ada lo yang desak dia buat buru-buru nyelesain studinya."
Nala tertawa. "Yah gimana, bosan gue liat dia jadi mahasiswa abadi, tapi gak karena gue juga sih. Raga ada motivasi lain pastinya."
Dara menyahut, "Yaps, Raga pernah cerita, dia mau diriin kofee shop gitu setelah selesai kuliahnya."
"Oh iya, gue pernah dengar itu." Langkah mereka semakin mendekati ruangan sidang Raga yang di depan ruangan itu sudah terlihat Aleksa, dan Dio menunggu.
"Eh tadi, lo emang disuruh sama Raga nungguin gue di bawah?" Tanya Nala membuat Dara menoleh padanya dan mengangguk.
"Tapi kebetulan juga emang ada yang mau gue ambil di mobilnya Dio."
"Terima kasih loh."
Kurang lebih satu jam mereka menunggu di depan ruangan sidang, akhirnya Raga keluar dengan wajah berseri-serinya. Ia tersenyum pada Dara yang pertama kali menyodorkannya bucket permen kepadanya. "Ini buat pengganti rokok lo," kata Dara.
Raga menerimanya. "Terima kasih loh, tapi kayaknya permen ini gak bisa deh gantiin nikotin gue gitu aja haha." Laki-laki itu lalu beralih pada Nala yang menjulurkan paper bag. "Apa nih?" Tanyanya sambil mengintip isinya yang ternyata beberapa bungkus kopi yang beraneka macam mereknya.
Nala kemudian berbisik pada sepupunya itu. "Kopi pengganti buatan dia hehe." Raga tahu dia yang dimaksud oleh Nala. Maka dari itu, ia menjitak kepala sepupu perempuannya. "Ngaco, tapi terima kasih loh."
"Kalo gue, bawa ini aja, Ga." Dio menyodorkan cofee cup kepada Raga. "Gue rasa otak lo butuh kafein setelah dibantai di dalam hahaha."
Raga langsung menerima pemberian Dio itu. "Hahaha lo emang paling tau gue."
"Yang mana paling tau lo, gue apa Dio nih?" Kevin muncul dari arah tangga sambil menjulurkan sebuah amplop pada Raga.
Aleksa yang masih menjinjing paper bagnya langsung menimpali, "Widihh cek berapa miliar tuh, Vin?"
"Pake dollar dong, gue kan abis dari luar negeri." Kevin mengedipkan matanya bergaya. "Eh eh jangan dibuka dulu." Laki-laki itu pun menahan pergerakan tangan Raga yang hendak membuka amplop pemberiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA (SELESAI)
Fiksi RemajaHanya kisah sederhana yang lahir dari imajinasi anak manusia. Tidak menjanjikan manfaat, tapi mengharapkan keluasan hati dari yang membacanya, agar dapat memetik satu makna saja di sepanjang alur cerita. Mohon maaf jika tokoh-tokohnya tidak terlalu...